China's Effect dan Dominiasi China dalam hal investasi serta perdagangan terlihat menggiurkan bagi investor-investor. Pesona China bukan hanya perekonomian negara yang cenderung stabil, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana China membangun relasi dengan negara lainnya yang menjadi sasaran empuk investasi. Meskipun relasi tersebut tidak selamanya merupakan relasi yang baik, tetapi ketergantungan negara untuk suntikan dana dariChina kan memaksa negara tersebut menjaga hubungannya dengan China. Lantas apakah investor dapat dengan tenang berinvestasi di China?
Investasi dimana pun, siapa pun pihak mitranya dan berapa pun jumlahnya tentunya emmerlukan strategi. Maka investor akan melakukan country risk analysis sebelum memutuskan untuk melakukan investasi di negara tertentu. Dalam bagian ini, akan dibahas apa saja opini kontra untuk berinvestasi di China.
Yang pertama, tingginya utang korporasi dan rumah tangga. Utang perusahaan yang tinggi tidak terlalu mempengaruhi ekonomi dibanding dengan hutang rumah tangga. Perusahaan akan diberikan kredit memperhitungkan arus kas perusahaan, namun untuk individu pendapatan belum pasti arus uangnya terjamin. Meskipun demikian tingginya persentase utang di China sendiri mengekspos perusahaan kepada potensi kebangkrutan properti komersial yang lebih tinggi.
Yang kedua, keadaan industrial overcapacity di China. Kapasitas industri yang berlebihan memiliki pengaruh besar terutama dalam sektor energi. Di China peristiwa industrial overcapacity memakan lebih dari 77% pemakaian energi dalam negara. Contoh industri yang mengalaminya adalah industri bahan bangunan, industri kimia, industri baja, dan sebagainya. Lantas dimana letak pengaruhnya terhadap investor?
Industrial overcapacity akan berpengaruh pada oversupply. Oversupply akan mengakibatkan jatuhnya persentase profit perusahaan, karena supply tidak diikuti oleh demand. Bahkan China sempat disebut sebagai distorsi dalam pasar global karena terjadinya oversupply. Hal tersebut tentunya cukup merugikan investor karena laba akan berkurang dan kurang baiknya citra perusahaan dimata dunia.
Yang ketiga, konflik geopolitik dan ketegangan dengan negara0negara sekitarnya serta AS. Sudah bukan rahasia lagi jika China dan AS serta beberapa negara di sekitar wilayah China sempat terlibat konflik. Ketegangan yang terjadi bahkan menciptakan pembatasan-pembatasan tertentu. Seperti kebijakan trade traffic oleh AS atas barang impor dari China. Hal ini akan berpengaruh pada terbatasnya arus perdagangan barang dari perusahaan. Jika hal tersebut terjadi potensi dan peluang yang dapat diperoleh perusahaan terutama dalam era globalisasi ini tidak akan dimanfaatkan dengan maksimal. Artinya investasi akan berhenti pada perusahaan tanpa pengembangan yang signifikan. Bahkan investor akan merasakan efek terbatasnya pergerakannya karena keterkaitan investasi dengan China yang menjadi rival negara-negara lain.
Kemudian yang terakhir, krisis populasi yang semakin menua. Sejak terjadinya pandemic covid-19, populasi China tentunya turun drastis. Namun covid bukan menjadi penyebab utama krisis ini. Penyebab utamanya adalah menurunnya minat masyarakat untuk bereproduksi. Hal ini akan berdampak pada persediaan tenaga kerja dan regenerasi tenaga ahli dalam perusahaan. Apabila sekarang perusahaan dimana investor dapat berproduksi dengan baik, dalam kurun waktu 10 tahun mendatang tentunya akan memerlukan tenaga-tenaga baru. Hal inilah yang akan mengancam keberlangsungan perusahaan apabila krisis aging population ini terus berlanjut.
Secara singkat, country risk China dari yang terendah ke tertinggi adalah, political risk, financing risk, commercial risk, economic risk, dan business environment risk.
Referensi
Allianz Trade. China's Country Rating, Strength and Weakness, Economic Overview, Trade Structure, and Collextion Complexity. https://www.allianz-trade.com/en_US/resources/country-reports/china.html#link_internal_2. [Diakses pada 25 Maret 2023].
The Economist. 2023. For The First time Since 1960s, China's Population is Shrinking. https://www.economist.com/china/2023/01/17/for-the-first-time-since-the-1960s-chinas-population-is-shrinking. [Diakses pada 25 maret 2023].