Oh iya, telah banyak yang membahas hal ini secara akademis sebelumnya. Maarif (dosenku yang aku sebut tadi) (Maarif, 2014) memakai istilah intersubjektif, yang dipinjam dari bahyak ahli sebelumnya seperti Bird david, Harvey dan Hollowell. Beberapa istilah lain juga dipakai, seperti interconnectedness (Hollowell, 1960), intersubjectivity (Harvey, 2000) dan personhood (bird David, 1999).Â
Ahh, Â semua ini semakin menarik diriku masih ke dalam ruang yang aku sebut "dimensi jaring laba-laba" bahwa keterikatan antar subjek dalam kosmos dimana kita hidup, "mengharuskan" kita melihat bumi sebagai bumi itu sendiri, sebagai subjek lain dihadapan kita, bukan malah mengobjektifikasi bumi sebagai sesuatu yang "mati".Â
Tidak, bumi ini hidup, dan karena bumi hidup, maka kitajuga hidup. Ikatan inilah yang menjadikan manusia bertanggung jawab secara moral untuk menjaga bumi, karena bumi hidup, manusia hidup, pohon dan hewan hidup, sehingga yang dijaga bukanlah bumi, hewan atau pohonnya, melainkan kehidupan itulah yang dijaga, karena kitaberbagi ruang dan kehidupan yang sama. Kehidupan yang saling menghubungkan, bukan saling mematikan dengan superioritas satu pihak.
Terhubung dan saling menghidupi, alternatif baru secara filosofis.
Aku akhirnya mampu menjawab pergumulan pikiranku sendiri. Sepertinya, paradigma ekologi populer saat ini, harus direvisi. Mengapa? Karena bagiku, alternative yang diberikan oleh paradigma agama leluhur akan sangat berkontribusi, bukan hanya pada bagaimana cara bertindak menjaga bumi, tetapi bagaimana membangun pikiran, atau bahkan menjawab pertanyaan mengapa manusia harus menjaga bumi.Â
Aku telah menemukan jawabannya. Menjaga bumi hanyalah satu aspek dari menjaga kehidupan, sebab jika orientasi manusia ialah merawat hidup untuk saling terhubung dan menghidupi, maka tidak aka nada lagi egosime berbasis tindakan moral. Jagalah bumi karena bumi hidup, bumi juga akan menjaga kita karena manusia juga hidup. Terhubunglah, dan jagalah keterhubungan agar semua saling menghidupi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H