Hari jumat kemarin 24 feb 2012, mobil esemka mulai dibawa ke Jakarta menuju tangerang guna test emisi, rencananya setiap 100km akan berhenti, mungkin takut rusak atau sekalian evaluasi kendaraan baru bilamana ada "sesuatu". Berangkat dengan upacara remi di solo dilepas oleh Gatot Kaca ( laporan medianya seperti itu ), dan memang sengaja di supiri langsung oleh wakil bupati solo bp FX Hadi beserta navigator Bp Roy Suryo, yang katanya akan bergantian menyupirinya hingga ke kantor pengujian emisi di tangerang. Usaha pembuktian "esemka" bisa" memang patut di acungkan jempol, dan saya sengaja nulis kali ini bukan disaat ramai2nya orang ngomentarin mobil esemka karena kebiasaan umum di negeri ini ramai sekarang tapi nanti akan sepi dan hilang dari peredaran. Saya akan monitor terus agar niat baik hasil kreasi SMK ini bisa terus di pacu hingga sukses. Dan mengenai tulisan tadi " ramai sekarang besok2 bisa hilang dari peredaran" juga merupakan pedoman penanganan kasus si partai penguasa di negeri ini, kalo perlu ciptakan isue2 janggal dan berpotensi sangat manjur mencuri perhatian rakyat banyak agar kasus utamanya bisa perlahan dilupakan. Betul tidak??
Pemerintah ternyata juga sudah lumayan bergerak memberi dukungan dengan pernyataan mentri keuangan bahwa mobnas akan di beri insentif bila memang murni buatan lokal. Memang isu mobil esemka ini berasal dari Cina juga sempat muncul, percisnya merek Fodai Cina, silahkan browsing untuk membuktikan, salah satu tipe mobil esemka memang mirip sekali dengan salah satu model mobil Fodai tsb. Akhir Januari lalu para pengusaha yg berniat juang mendukung agar melancarkan cita2 mobil nasional dgn merek Esemka sudah  lumayan banyak dengan menghimpun dana 50 milyar untuk membuat pabrik PT Solo Manufacturing. Tapi ternyata untuk membiayai mobnas dengan kapasitas produksi dan penguasaan tehnik yg mumpuni perlu jauh dari dana tsb, mentri perhubungan di awal feb kemarin memperkirakan dibutuhkan dana hingga 2 trilyun. Jadi kalo dana yg sudah di alokasikan cuma sekitar 2,5% dari dana yg seharusnya disiapkan yg 2 trilyun itu yaaaaa .... susaaah dong. Pernyataan Pk
Jokowi ttg supplier2 mobil esemka adalah para industri kecil di tegal dan klaten, akan banyak menciptakan kendala2 yg banyak. Bayangan mobil nasional yg murah, siap delivery ke rumah kita , tanpa indent terlalu lama, jasa purna jual dan showroom2 yg bagus dan tersebar di lokasi2 strategis ....ternyata masih bisa di mimpi dulu untuk sementara waktu ..... waktu yg lama, mungkin. Beberapa kiat alternatif memang sudah di antisipasi , seperti pesan online, sejak pertengahan januari kemarin , mobil esemka ini bisa dipesan online via internet. Tapi aneh kaaan? beli barang puluhan juta atau malah lewat 100 juta belinya di internet dan belum pernah lihat mobilnya satupun di jalanan negeri ini. Dan hebatnya sejak akhir januari lalu mobil esemka ini dikabarkan sudah dipesan hingga 5000-an unit. Hebatnya di negeri ini apapun bisa laku, mau bagus atau tidak, enak atau tidak , yg penting barang baru, banyak orang yg ngomongin atau ngerubungin pasti bisa laku keras, tanpa tau dunia sedang krisis berkepanjangan seperti sekarang ini. Contoh warung2 baru ayam goreng, pecel lele, atau bakso yg baru buka di pinggir jalan di ibukota, bila ramai, ada uniknya dan banyak yg membicarakan, pasti ramai pembelinya. Group besar industri mobil kita juga sudah merespon dengan menyiapkan fasilitas kredit melalui Astra Sedaya Finance, dan
Isuzu juga sudah mengkonfirmasi bahwa mereka tidak mempermasalahkan bila lampu maupun body beberapa mobil esemka tsb menggunakan parts2 OE ( original equipment ) mereka. Yang menjadi dilema, . kalo kita berharap para pengusaha lokal bergerak mencoba peruntungan dengan membuat merek sendiri .... nanti dulu. Bisa jadi usaha mobil esemka ini dibuat kelinci percobaan, apakah bisa semudah jual kacang goreng. Yg jelas usaha2 besar esemka dan mungkin panjang perjuangannya pasti dimonitor oleh para pengusaha industri mobil tanahair. Sekarang ini pengusaha hanya dagang, merasa sudah merasa membangun negeri dgn menyerap karyawan yg banyak serta berbangga pake istilah lokal konten tinggi. Sebenarnya para pengusaha itu takut rugi, kalo pake nama lokal takut gk laku, padahal untung besarnya di kirim ke negeri prinsipalnya terus menerus, bisa dibilang opportunity lost, hilang karena keuntungan dari keringat kita malah dikirim ke luar negeri. Idealnya  ilmu para industriawan mobil kita ditangkap oleh pemerintah trus di organisir modal2 dari masyarakat luas buat industri mobil nasional secara profesional: dari membuat komponennnya , perakitan, hingga dealer mobil2 dan purna jualnya seluruh nusantara. Kalau cuma dagang merek terkenal, yaaa kurang nasionalis bukan? Yg jelas para direktur industri2 mobil itu pokoknya bisa jual banyak dan pihak Principal/ pemegang saham puas dengan kepemimpinannya, selesai lah tugasnya. Cari aman pokoknya yang penting laku, kurang nasionalis kan. mumpung lagi dipercaya jadi direktur. Sama seperti pejabat negara, tak perlu tau rakyat teriak apa, yang penting proyek2 bisa di libas kalo bisa untung sendirian tapi kalo tidak bisa yaa ramai2 mengeruk untung. Sebuah sindiran maupun tepuk tangan buat banyak pihak . Mari saya tunggu komentar2 anda yg membaca tulisan ttg mobnas ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Otomotif Selengkapnya