[caption id="attachment_273519" align="aligncenter" width="603" caption="Ilustrasi Sumber http://www.parracademymusic.com.au/"][/caption] "Anak saya sudah tamat grade 8, tapi main balonku ada lima saja koq ga bisa?" Pertanyaan yang sederhana tapi untuk menjawabnya membutuhkan perubahan paradigma yang signifikan. Â Fenomena anak yang sudah tamat belajar piano bahkan dengan nilai bagus, tetapi tidak bisa memainkan lagu-lagu popular sederhana, kadang membuat kita sebagai orang tua frustasi. Â Karena tidak sedikit investasi yang dikeluarkan tenaga, waktu, belum uang bulanan yang kalau dijumlah tidak sedikit. Â Keadaan yang kontras dengan pemain-pemain keyboard dangdutan yang tidak pernah les tapi bisa dapat uang cukup dengan 1 keyboard. Â Sehingga yang sering terjadi adalah kesimpulan "anakku tidak berbakat" Â Kesimpulan yang seringkali terlalu dini dan salah arah. Untuk menjawab fenomena yang saya sebut "terdidik tapi tidak terlatih" ini kita harus melihat dua hal mendasar dalam melihat sebuah kurikulum atau pembelajaran. 1) Apa yang Diajarkan (What to Teach) Apa yang diajarkan itu seperti petani yang bercocok tanam. Â Kalau yang di tabur itu padi, kita akan menuai padi. Â Kalau yang di tanam salak, kita akan menuai salak. Â Artinya apa yang anak itu terima dari guru, itu yang akan berkembang dalam anak itu. Â Secara umum yang diajarkan di les-les yang ada di masyarakat adalah lagu-lagu klasik. Â Sehingga akhirnya anak kita merasa asing dengan lagu-lagu yang justru sering di dengar tiap hari. Â Apa yang di ajarkan di Piano Klasik sangat berbeda dengan apa yang di ajarkan di Piano Pop, dan sekarang juga emerging pendekatan yang ketiga adalah Piano Jazz. Â Ketiga "school of thought" tersebut memilik materi ajar yang berbeda satu dengan yang lain. Â Berharap anak kita bisa secara otomatis memainkan "Autumn Leaves" setelah selesai grade 8 piano klasik itu suatu mimpi di siang bolong. Â Lalu bagaimana kalau sudah terlanjur salah jalur di Piano Klasik kemudian mau pindah ke Pop atau Jazz? Â Tidak ada cara lain, untuk masing-masing idiom kita harus pelajari secara tersendiri. Â Catatan: dalam realitasnya bermain blues, latin afro cuba, atau brazillian, atau dangdut dan keroncong semua membutuhkan kita belajar lagi. 2) Bagaimana Cara Mengajarkan (How To Teach) Kalau apa yang diajarkan atau konten materi ajar itu penting, cara mengajarkan pun tidak kalah penting. Pendekatan Piano Klasik lebih kearah membaca dan memainkan, sementara Piano Pop dan Jazz memberikan ruang kepada improvisasi atau sering disebut play by ear sangat luas. Pendekatan terbaru yang di project-based learning sangat tepat di gunakan di jalur pop dan jazz. Â Sehingga, di jalur pop dan jazz biasanya dimainkan dalam setting modern band seperti Peter Pan, Noah, dsb, sementara piano klasik lebih sering dimainkan secara solo. Â Dengan kemajuan teknologi recording yang ada sekarang, jalur Pop dan Jazz semakin ikut berkembang karena improvisasi dan kreatifitas bisa dituangkan bukan hanya di live performance tapi juga di recording. Sekolah, les, ataupun pendidikan secara luas haruslah dilihat sebagai investasi. Â Kita harus memilih dengan tepat dimana kita mau invest, untuk itu harus dipelajari return on investment dan keamanan dari investasi kita. Â Memilih jalur mana yang cocok, terutama untuk orang tua, jangan dikarenakan "apa kata orang" Â tapi harus didasarkan riset ilmiah dan kelogisan berfikir. Â Jangan sampai anak-anak kita yang memiliki bakat-bakat kreatiftas yang luar biasa malah jadi mati karena salah didik karena tidak terlatih dengan baik. Pendekar Solo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H