Sambil menunggu 22 Juli bangsa Indonesia "terima raport", memperhatikan dan mengawal bayi Indonesia Baru sangat mendidik. Â Isu Gaza dan Israel menambah rasa dalam menunggu. Â Tapi memperhatikan perilaku Prabowo dan pendukungnya yang begitu kukuh menghidupi "kebenaran" yang dianutnya membuka mata kita bahwa indoktrinasi bukan hal main-main.
Sekali kita pikiran ini tertutup, maka membukanya membutuhkan mujizat Ilahi. Â Mungkin bagi kubu Prahara, itu berlaku juga untuk pendukung Jokowi. Â Pikiran pendukung Jokowi yang tertutup, tidak bisa terbuka dan butuh sentuhan Ilahi. Â Meskipun masing-masing kita bisa merasa yang paling benar, yang pasti tidak semua kita benar. Â Artinya ada yang bohong dan/atau hidup dalam kebohongan.
Dari 3 hal yang pernah saya prediksi Status Quo, Opportunis, Agamis  yang ada dibelakang Prabowo (baca) kita bisa melihat dengan jelas bahwa kelompok status quo dan opportunis nyaris tidak terdengar.  Bahkan Golkar melalui Agung Laksono sudah ancang-ancang mau merapat ke Jokowi.  Yusril hengkang dan lebih bersikap netral.  Hasyim pun tidak keras sekali bunyinya.  Yang masih keras tinggal PKS dan Prabowo sendiri.  Tidakkah ini berarti sesuatu?
***
Mencoba melihat secara positif profile Prabowo yang sebetulnya dipuji juga oleh Jokowi sebagai patriot, saya pribadi melihat peristiwa 1998 telah menimbulkan luka batin yang demikan kuat kepada Prabowo. Â Terluka karena "dihentikan secara hormat".
Ungkapan Prabowo bahwa sebetulnya dia bisa ambil alih Indonesia secara paksa tapi tidak dilakukan merupakan ungkapan jujur menurut saya. Â Dan dalam ilmu konseling yang saya mengerti, saya bisa melihat Prabowo merasa tertolak. Â Sudah merasa melakukan sesuatu untuk bangsa, tapi tidak dihargai. Â Tertolak.
Tidak heran dalam rekaman video Prabowo marah terhadap media, terutama kompas. Â Menyebut Surya Paloh sebagai orang yang menyakiti dia. Â "What have I done?" adalah pertanyaan dia. Â Prabowo tidak melihat kesalahan dia. Â Ada blind spot dalam psikologi dia yang membuat luka yang menganga besar.
Secara pribadi dalam 3 hari paska 9 Juli ini justru timbul belas kasihan kepada Prabowo. Â Terlihat sekali dia sakit dan butuh kasih sayang. Â Dan saya mulai melihat bahwa kelabilan emosi dia ini digunakan orang sekelilingnya. Â Dan skenario ini lebih jahat lagi.
***
Siapa tukang kompor Prabowo? Â Dari apa yang saya lihat adalah orang-orang / kubu yang sejak awal memang tidak nasionalis dan ada siasat untuk merusak Pancasila. Â Kelabilan, dan niat berkuasa yang sangat kuat dari Prabowo digunakan dengan baik oleh kubu ini.
Karena sejak awal niatnya memang mencoba memperkeruh suasana, maka logika apapun tidak akan bisa masuk. Â Pikiran sudah tertutup. Â Dan hal ini berarti Prabowo adalah korban sebuah konspirasi teori dari pendukungnya sendiri.