[caption id="attachment_288842" align="aligncenter" width="300" caption="Petinggi Golkar Tempo Dulu"][/caption]
Fenomena SBY yang dicaci di akhir jabatannya tidak bisa di elakkan.  Karena memang 5 tahun terakhir, bangsa ini seakan berjalan sendiri tanpa pemimpin.  "Auto Pilot Nation" itu istilah yang sering terdengar di masyarakat.  Di tambah dengan ambruknya Demokrat, bau tidak sedap seputar Ibas, dan juga emosinya sang ibu negara, lengkap sudah derita sang ksatria reformasi.  Prihatin. Fenomena yang lain,  munculnya kembali fenomena ""piye kabare? Enak jamanku toh."  Bahkan yang teranyar, salah satu peserta konvensi Demokrat Endriartono Sutarto sempat-sempatnya mengutip istilah itu (Sumber). Bagi saya itu kegilaan yang luar biasa.  Bagaimana mungkin, Orba yang jelas-jelas adalah pelaku holocaust (baca), pembodohan yang besar ke masyarakat, dan dosa yang terbesar adalah desain a-historis, artinya menghapus sejarah, dan membelokkan sejarah dicoba dibangkitkan lagi.  Sebagai generasi yang hidup di jaman orba, saya tidak terima Orba di hidupkan kembali.  Semua pelajaran sejarah yang saya yang dulu dapat nilai bagus adalah kebohongan yang saya tidak tahu lagi mana mitos mana kebenaran. Marah. Sebagai pemilih SBY dua kali berturut-turut, saya pun ada dalam posisi kecewa di akhir pemerintahannya.  Tapi kalau boleh lebih obyektif, di jaman SBY minimal dia tidak "menghilangkan orang di depan mata orang".  Tindakan SBY menyiapkan pengacara patut di apresiasi.  Dia mau melawan lewat hukum, bukan kekerasan.  Kan lebih bagus? Jangan lupa SBY juga seorang tentara, dan juga sudah 10 tahun jadi RI1. Semua rahasia negara, dia tahu. Untuk meruwetkan negara ini, dia lebih dari mampu.  Kalau akhirnya SBY memilih untuk jalur hukum, tak patut dia di caci untuk itu.  Kecewa dengan kinerjanya boleh, tapi century, hambalang, dll biar hukum yang menentukan.  Obyektif. Di lain pihak, justru kita harusnya #MenolakLupa apa yang terjadi di Orba.  Buku Anak-Anak Revolusi nya mas Budiman Sudjatmiko jelas memperlihatkan koq, Orba sejahat apa (Baca).  Budiman masih hidup, dan bisa ditanya juga mempertanggungjawabkan kesaksian dia.  Bagaimana dia dipukuli, di culik, di penjara.  Untung tidak diselesaikan.  Tapi yang lain?  Kebenaran. Anomali apa yang sedang terjadi?  Sebuah desain kebudayaan yang dikerjakan orang-orang tidak bertanggung jawab harus dibongkar habis.  Mungkin bahkan termasuk "pencitraan buruk Soekarno" melalui film Soekarno yang lebay termasuk desain itu?  Minimal kita masyarakat awam harus lebih cerdas dan MENOLAK DIBODOHI lagi.  Kita harus bersatu untuk tidak di adu domba manusia-manusia politik kepentingan. Cerdas. Pendekar Solo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H