[caption id="attachment_307724" align="aligncenter" width="359" caption="Puti Guntur Soekarno - rimanews.com"][/caption]
Tidak banyak yang tahu siapa Puti Guntur Soekarno. Tapi hari ini namanya terpampang di hal. 6 harian Kompas di opini. Halaman Kompas yang konon sakral dan sulit ditembus oleh penulis biasa. Puti, anak dari dari Guntur Soekarno putra tertua Soekarno, menulis opini berjudul "Kebangkitan Nasional dan Revolusi Mental. Tidak semencuat Puan ataupun Prananda, tapi Puti eksis dan ada.
Sebagai trah Soekarno, apalagi dari anak sulung Soekarno. Pasti dia mendapatkan banyak kenangan dari ayahanda Guntur. Guntur Soekarno yang sejak masa kecil sudah "dolan" di white house bersama sang adik Megawati untuk makan bersama John F. Kennedy, secara logis sudah disiapkan sang proklamator untuk mewarisi Indonesia.
Tapi 1965 menghilangkan jejak Guntur Soekarno. Tapi keadilan Tuhan tidak pernah gagal. Melalui anak, keponakan, adik trah Soekarno dikembalikan lagi di kancah politik Indonesia.
Puti Guntur, cucu sang proklamator, melalui tulisan memperingati hari kebangkitan nasional mengingatkan pidato kakeknya 1957 yang berjudul "A Year of Decision" (Tahun Keputusan). Dalam pidato ultah kemerdekaan yang ke-12 itu Soekarno menyampaikan perihal REVOLUSI MENTAL. Mari kita simak kutipan pidato tersbut:
"...Sekali lagi saya katakan: Gerakan Hidup Baru bukanlah suatu gerakan untuk sekedar jangan berludah dimana-mana atau jangan membuang puntung rokok di lantai atau di jubin. Â Ia adalah satu Gerakan Revolusi Mental. Â Ia adalah satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia ini menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Â Maksudnya tidak kecil. Â Maksudnya besar, untuk menyelesaikan satu perjuangan yang amat besar." (Kompas, 20 Me, h.6)
Puti mengingatkan kita semua Revolusi Mental yang di ungkapkan Jokowi sama dengan Gerakan Hidup Baru yang dicanangkan oleh Soekarno. Â Hidup Baru menjadikan Manusia Baru sehingga lahirlah Indonesia Baru. Â Indonesia Baru pun bukan akhir tujuan yang di lihat Soekarno, tapi DUNIA BARU!
Itulah yang seharusnya bangsa ini lihat, dan nilai-nilai ini harus didapat sedini mungkin dirumah-rumah tangga. Â Seperti Puti mendapat dari Guntur, dan Guntur mendapat dari Soekarno.
Mutiara nilai-nilai kebangsaan Soekarno  memang tidak habis untuk di ungkapkan dan diajarkan ulang. Ketika sejarah sudah dibelokkan di 1965, ini waktunya di luruskan kembali ke Indonesia yang didesain di 1945.  Yang belum selesai dikonsepkan, pemikir-pemikir bangsa harus duduk dan merumuskan ulang, yang sudah selesai jangan di ganggu-ganggu lagi dengan tindakan-tindakan anarkis.
Pendekar Solo
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI