[caption id="attachment_340702" align="aligncenter" width="558" caption="kemendikbud.go.id"][/caption]
Dua PR Â utama dalam pendidikan peninggalan SBY adalah Kurikulum 2013 dan Unas. Â Kebijakan yang diambil Anies Baswedan ada dua, yaitu menghentikan kurikulum 2013 (resmi) dan merubah fungsi Unas (pernyataan). Untuk mengambil 2 kebijakan ini dibutuhkan nyali yang cukup. Karena kebijakan-kebijakan itu mengandung resiko politisasi dan kriminalisasi dari pihak-pihak yang kena tebang.
Terbukti pengusaha-pengusaha yang tergabungPersatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) akan menuntut Anies karena merasa dirugikan total 5 triliun rupiah (sumber). Â Jumlah yang sangat luar biasa ini terkuak karena ada kebijakan penghentian kurikulum 2013.
Bisa dibayangkan, angka 5 T ini apabila di mark-up akan bisa sampai jumlah berapa. Â Karena 5 T ini baru dari percetakan, belum sampai ke diknas, sekolah, guru, dan akhirnya ke murid. Â Rantai yang cukup panjang untuk menjadikan kerugian negara berlipat-lipat.
Dalam kicauannya, Bukik Setiawan seorang pemerhati dan pegiat pendidikan menyatakan bahwa para kepala diknas menyatakan Kurikulum 2013 tidak siap tapi enggan menhentikannya. Â Suatu anomali yang sangat aneh bukan? Para birokrat pendidikan ini bagaikan "mafia pendidikan" yang memiliki kemauan sendiri.
Jadi tanpa menteri pun mereka bisa otonomi berdiri sendiri. Â Justru ketika ada perubahan-perubahan mereka akan sangat menolak. Â Dan parahnya mereka ini bisa didukung kepala-kepala daerah PLUS DPRD-nya karena sudah menjadi satu jaringan. Â Lagi-lagi bagaikan "Mafia pendidikan". Â Ataukah benar-benar mafia?
Birokrat pendidikan itu susah diperintah, tapi kalau sudah menjalankan perintah, susah dihentikan. Lembam— Bukik (@bukik) December 10, 2014
Menurut praktisi pendidikan, keputusan Menteri Anies ttg kurikulum 2013 itu terlalu lembek. Tp terlalu keras menurut birokrat pendidikan — Bukik (@bukik) December 10, 2014
***
Paparan Anies di depan kepala diknas 2014 jelas berjudul PENDIDIKAN INDONESIA GAWAT DARURAT (paparan lengkap dalam pdf). Â Dari judul ini jelas sudut pandang Anies seperti apa. Apabila ada pandangan lain harusnya dibuat paparan tandingan. Â Tapi apakah mungkin mencari data yang lain? Tidak akan bisa, karena memang itu realitasnya. Â Gawat Darurat!
Lebih parah lagi. kepala sekolah TITIPAN PARPOL adalah masalah tersendiri yang tidak gampang di selesaikan. Kepsek-kepsek yang tidak kompeten bahkan mungkin bagian dari maling inilah yang membuat sekolah-sekolah tidak berkembang. Karena kepala sekolah bagaikan branch manager di sebuah unit bisnis perusahaan, maju atau tidak tergantung kepada sang kepsek ini. Â Oleh Anies, jabatan ini akan di lelang. Akankah kemarahan para "mafia" ini semakin menjadi ke Anies?
Banyak yang tidak mengerti bahwa kondisi birokrasi Indonesia sudah seperti perang vietnam. Â Penuh ranjau yang bisa membuat yang tidak mengerti terjebak sendiri. Â Kebijakan yang tumpang tindih, payung hukum yang tidak jelas, orang-orang lama yang lelet, pengusaha-pengusaha kotor yang suka "mroyek" di APBD. Â Sudah demikian lama tidak tersentuh sehingga menjadi semacam "demonic system by itself" (sistem setan, red).
Jadi bagaimana? Â Kita harus terus dukung Anies Baswedan dan tim melawan para birokrat pendidikan ini dengan terus mengawal, memberi masukan, dan mengkritisi setiap kebijakan. Â Dan jangan ragu-ragu kepala daerah, kepala sekolah, diknas, percetakan yang mbalelo seharusnya segera di interograsi KPK seperti yang sudah disiratkan tim Abraham Samad (baca). Â Lawan!