[caption id="attachment_330039" align="aligncenter" width="480" caption="REVOLUSI MENTAL "][/caption]
Setelah "sekian lama" menantikan lahirnya Indonesia Baru, hari ini 20 Oktober 2014 - pelantikan Jokowi - menjadi hari yang penuh harapan. Â Optimisme merebak karena hari ini bukan saja lahir sebuah monumen bersejarah, tapi harapan seluruh rakyat Indonesia hari ini adalah lahirnya sebuah movement (pergerakan).
Monumen akan hadirnya presiden ke-7 yang tidak berhubungan langsung dengan regime diktator Orba ataupun trah Sukarno secara langsung dan "hanya" orang sipil yang sebenarnya tidak pernah di-grooming/disiapkan untuk jadi presiden.
Dan lahirnya sebuah movement untuk merevolusi mental bangsa yang di 2015 akan berumur 70 tahun sejak Sukarno-Hatta melahirkan "Indonesia yang Asli" di tahun 1945, sekaligus memperingati 50 tahun di belokkannya sejarah bangsa ini oleh Suharto di 1965.
2015 adalah tinggal landas bangsa ini, sebab itu 2014 adalah masa yang cukup berat untuk menyiapkan munculnya seorang Jokowi ke puncak tertinggi pemerintahan Indonesia. Â Jokowi bukanlah titisan dewa atau malaikat bagi pendukungnya seperti yang dituduhkan di kampanye hitam.
Jokowi adalah Jokowi yang banyak kekurangan dan kelemahan, tapi Jokowi inilah yang dibutuhkan bangsa ini untuk pra-syarat lahirnya sebuah musim yang baru yang membawa kepada harapan baru. Â Tanpa Jokowi, tidak ada wajah baru yang bisa diharapkan untuk merubah kebiasaan-kebiasaan lama. Â Prabowo cs adalah orang-orang lama, bahkan Jusuf Kalla pun tetap orang lama. Â Hanya Jokowi yang benar-benar "fresh". Â Benar-benar pas dengan julukan A New Hope.
***
Sebagai relawan pendukung penuh Revolusi Mental melalui Gerakan Hidup Benar (GHB), saya melihat bahwa revolusi mental sebagai sebagai 'national movement' (pergerakan nasional) akan mampu digulirkan secara riil dan bukan hanya wacana apabila tiga hal aliran pendukung revolusi mental di akomodir Jokowi.
1. Pergerakan Penegakan Hukum (Law Enforcement )
Pada dasarnya revolusi mental adalah sebuah perubahan perilaku individu, komunitas, dan akhirnya bangsa. Perilaku yang di dasarkan kepada nilai-nilai universal yang di akui lintas agama, sosial, dan etnis. Â Nilai-nilai yang saya sebut nilai-nilai HIDUP BENAR.
Diharapkan "perilaku benar" ini terjadi dengan sukarela. Â Realitasnya, kejahatan dan perilaku menyimpang sudah ada sejak dunia ini ada. Â Sebab itulah lahirnya HUKUM.