Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Jokowi, Kembalikan Identitas Indonesia

16 Agustus 2015   23:00 Diperbarui: 16 Agustus 2015   23:00 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada satu kata yang sering membuat saya menangis, dari remaja sampai beranak dua.  Kata itu adalah Indonesia.  Pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila), Kewiraan, Sejarah Indonesia, sampai kepada tokoh-tokoh negera dari Soekarno, Hatta, Amir Syarifuddin, Leimena, Hos Tjokroaminoto, sampai kepada Gus Dur, Diryakara dan Romo Mangun menjadi kesenangan tersendiri dalam perjalanan spiritual saya.

Biarpun kota saya, Solo, dua kali dibakar di zaman Orde Baru karena "geger Cina", kecintaan saya sebagai Indonesian-Born Chinese (IBC) Orang Indonesia yang berdarah Cina/Tionghoa tidak surut.  Bahkan dengan sengaja saya memiliki nickname di dunia maya sebagai pendekar solo sejak 15 tahun yang lalu karena saya yakin ada api kecil dari Solo Baru yang akan membakar Indonesia Baru.

IDENTITAS saya sebagai orang Indonesia tidak akan dihilangkan dan terganggu dengan 'KeCinaan" atau "KeTionghoan" saya.  Secara etnis saya telusur nenek moyang saya dari Shen-Zen sampai Beijing, untuk mengetahui asal mula keluarga Thio atau Zhang. Saya tidak malu sebagai etnis Cina karena itu pemberian Tuhan, juga sekaligus saya mengerti ada destiny hidup saya sebagai IBC. I am chinese and Indonesiaan : I am chinese Indonesian.

***

Mengerti identitas itu penting untuk kita bisa maksimal dalam menjadi diri kita sendiri.  Sebab itu penting bangsa Indonesia ini kembali kepada identitas yang asli.  Identitas yang diberikan Tuhan 70 tahun yang lalu, 17-8-1945 kepada para founding fathers kita. Identitas itu yang dikaburkan dan dihilangkan karena peristiwa kudeta Orde Baru 1965, 50 tahun yang lalu.  Identitas itu harus dikembalikan, supaya destiny bangsa ini kembali seperti yang seharusnya.

Revolusi Mental yang dicanangkan Jokowi, adalah kunci dari pemetaan peperangan 'spiritual' orde restorasi ini.  Saya menyebut orde restorasi, karena memang ini waktunya Jokowi me-restore atau mengembalikan kembali semua yang sudah tercuri dan terhilang.  Bagi kepercayaan kuno, tahun ke-70 adalah tahun PULANG KEMBALI (Homecoming) alias mudik.  Dan saya percaya itu.  Ini waktunya Jokowi menjadi leader yang mendeklarasikan kepulangan bangsa ini ke tujuan yang benar.  Tujuan bangsa ini ada di pembukaan UUD 1945, dan janji Tuhan untuk bangsa ini juga ada disana.  Semuanya ada disana, tinggal kita butuh Jokowi menjadi Bapak bagi bangsa ini untuk membawa pulang kembali bangsa yang sudah tercerai berai.

Ada empat mental bangsa ini yang perlu di revolusi. Empat jenis mentalitas yang membuat bangsa ini kehilangan identitasnya.  

1. Mental penjajahan (kolonialisme).  Lama dibawah bayang-bayang Belanda dan kemudian Jepang, Indonesia masih terbayang-bayang mental budak.  Honda, Yamaha, Suzuki, Lamborgini, Maserati dan yang terbaru Harley Davidson dengan isu mogenya memperlihatkan, rakyat kita masih sering merasa minder dengan merk-merk lokal. Dan juga realitasnya manufacture di Indonesia masih sangat jauh.  Susah turunnya dollar dikarenakan ambloknya Yuan dikarenakan Indonesia sangat bergantung dengan komoditas, dan tidak memiliki manufaktur yang kuat.  Pemerintahan Jokowi harus memberikan kemudahan-kemudahan bagi perkembangan manufaktur Indonesia terutama dari brand-brand lokal.  Peperangan melawan penjajah harus terus dilakukan.  Kalau dulu dengan senjata, sekarang secara ekonomi.  Kalau dulu dengan bambu runcing, sekarang dengan rupiah!  

2. Mental hidup mewah (hedonisme).  Triliuner di Indonesia tidak sedikit jumlahnya, rakyat miskin juga jutaan. Tas yang harganya milyar, ikat pinggang jutaan, rolex yang puluhan juta, sampai kembali kepada kasus-kasus seperti Lamborgininya Lulung dan Moge-Moge konvoi memperlihatkan betapa eforia kebebasan di Indonesia menjadi sangat hedonis.  Ustad, pendeta, ataupun ahli agama yang lain yang berorientasi duit juga tidak sedikit meracuni otak rakyat Indonesia.  Mental hidup sederhana seperti yang diperlihatkan Jokowi sudah tepat, tapi bukan saja hanya sebagai simbol, tapi benar-benar dihidupi.  Keinginan Jokowi untuk membawa bangsa ini bebas hutang dengan menolak IMF, World Bank, dan lain-lain adalah pendekatan yang tepat.  Pembayaran hutang dengan cara membayar pokok dan hutang memperlihatkan keseriusan untuk lepas dari belitan hutang.  Lanjutkan, Pak!

3. Mental agamawi (radikalisme).  Isu agama di Indonesia di pelihara oleh Soeharto untuk menjaga status quo. Dan terus dibawa sampai hari ini.  Mulai dari haji palsu, illuminati, makan dengan tangan kiri, dsb telah menerpa seorang Jokowi. Isu-isu Islam vs Kristen masih menjadi komoditi politik yang sangat laku untuk dijual.  Indonesia yang asli adalah Indonesia yang bhinneka.  Tanpa mengerti Bhinneka Tunggal Ika, kita tidak bisa menjadi orang Indonesia yang benar.  Isu terakhir soal Tolikara jelas adalah gorengan politik, menyedihkan tapi itulah faktanya.  Radikalisme masih ada di Indonesia.

4. Mental atheis (humanisme).  Atheis pada dasarnya adalah tidak mengakui adanya Tuhan.  Tuhan sebagai pusat kehidupan, standard kehidupan, nilai kehidupan ditiadakan.  Atheisme praktis tersebar sangat luas diantara orang-orang yang menyebut diri 'beragama'.  Ketika kita berpusat kepada manusia dan melupakan Tuhan maka bangsa ini akan semakin terperosok.  Pancasila adalah 'anugrah' dan 'rahmat' yang diberikan Tuhan untuk bangsa ini.  Dan sila pertama jelas memperlihatkan kepada kita bahwa bangsa ini adalah bangsa yang BERTUHAN.  Tanpa Tuhan, tidak ada Indonesia.  Titik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun