gambarimage.com
Seperti Idul Fitri, perayaan Natal telah menjelma menjadi perayaan budaya lebih daripada perayaan agama.  Yang membedakan, Idul Fitri yang secaya budaya disebut LEBARAN sudah bisa diterima sebagai budaya Indonesia, sementara Natal adalah "budaya barat" yang kebetulan identik dengan kristen.  Realitas bahwa Amerika dan Eropa sudah tidak kristen lagi tetap tidak bisa menghilangkan  santa klaus sebagai "budaya kristen". Polemik topi santa dan ucapan natal yang gaduh  hanya di Indonesia, dan tidak ditemukan di belahan bumi manapun memperlihatkan betapa uniknya kondisi sosial budaya Indonesia.  Ribuan pulau, ratusan bahasa, dan bermacam-macam agama dan kepercayaan membuat Indonesia menjadi negara yang paling bhinneka. Pernyataan menteri agama yang meminta umat Kristen untuk memahami banyaknya mazhab dalam Islam yang juga bhinneka harusnya diterima sebagai niat baik sekaligus memperlihatkan di dalam agama bhinneka itu ada. Kristen sendiri digolongkan dengan begitu banyak aliran.  Dua mainstream besar aliran "pengikut Yesus" yaitu Katholik dan Kristen masih dibagi lagi dengan ordo-ordo dan sinode-sinode.
***
Memakai kembali kasus topi santa dan ucapan natal, seharusnya dikenali bahwa keduanya adalah isu yang sangat berbeda. Â Bagi yang tahu benar iman kristen, topi santa bukanlah bagian dari iman Kristen, maka membuat alasan tidak boleh memakai topi santa karena itu bagian dari perayaan kristen harus ditentang. Â Sebaliknya, soal ucapan natal, itu adalah polemik didalam agama Islam sendiri, tidak ada hubungannya dengan iman kristen. Menjadi polemik karena dibicarakan dipublik. Sehingga akhirnya isunya menjadi isu publik. Disini terlihat bahwa penting sekali digalakkan DIALOG AGAMA secara kekeluargaan sehingga tidak ada asumsi-asumsi yang salah dalam mengenali iman orang lain. Â Toleransi agama seharusnya jangan ditakuti menjadi bagian dari pluralisme secara ideologis. Â Diluar doktrin keselamatan, agama-agama hampir tidak ada bedanya. Masing-masing membawa kepada moral, etika, dan prinsip-prinsip kehidupan yang humanis. Iman dan kepercayaan bersifat eksklusif, toleransi bersifat inklusif. Â Melalui dialog yang benar, Â toleransi yang tidak meninggalkan "aqidah" atau aturan main masing-masing akan bisa terjalin. Â Dan toleransi yang benar dimulai dari niat yang benar untuk hidup bersama dan rumah besar NKRI.
***
Pesan Natal adalah pesan DAMAI Sejahtera  atau Shallom atau Salam.  Bahkan Kristen timur tengah menggunakan kata yang sama yang digunakan teman-teman muslim Assalamualikum untuk memperlihatkan pesan damai.
Salam ini juga digunakan oleh kulturKristen di Timur Tengah yang mempunyai arti kedamaian dan kesejahteraan bagi yang mengucapkan salam dan penerima salam tersebut. Salam ini sama dengan salam shalom aleichem dalam bahasa Ibrani. (Sumber)
Mencari "Damah Sejahtera" inilah yang seharusnya menjadi pemicu dialog agama yang membawa kepada toleransi. Ketika dialog tidak bertujuan Damai, maka yang terjadi adalah perdebatan tanpa ujung bahkan bisa membawa kepada konflik agama.
Jokowi, Jk, Lutfi, Muhammdiah, dan NU bisa disebutkan membuka ruang Assalammualikum untuk umat kristiani di Indonesia dengan fatwa tidak mengharamkan ucapan selamat natal. Â Dan ini kado yang patut disyukuri bersama. Â Dilain pihak, umat Kristiani di Indonesia juga juga harus belajar memberi ruang "Shallom" terhadap teman-teman muslim yang mungkin berbeda pandangan.
Selamat Hari Natal 2014 bagi teman-teman pengikut Kristus dimanapun berada. Â Shallom. Salam. Damai Sejahtera, dan Assalammualikum untuk kita semua.
Pendekar Solo