Gaya kepimpinan Ahok yang lugas, vulgar, kasar, dan terkesan sombong membuat banyak pihak menjadi tidak nyaman. Tapi anehnya, 1 juta tanda tangan sudah menyatakan mendukung Ahok, dan 4 parpol mendukung tanpa syarat Ahok. Dan sampai artikel ini diturunkan, Ahok masih belum dapat lawan resmi, karena pihak lawan masih sibuk mengocok dadu untuk menentukan siapakah lawan sepadan Ahok.
Meskipun lawan belum muncul, dari pengamatan tinggal ada dua senjata menyerang Ahok yang masih digunakan, yaitu kekasarannya dan soal penggusuran. Soal reklamasi, sumber waras, dan pidana yang lain sudah hilang gaungnya sejak di stop KPK. Sementara senjata SARA justru menjadi bumerang, karena mendorong Megawati langsung dengan tegas mendukung Ahok setelah Risalah Istiqlal muncul.
Calon antitesis yang coba disajikan lawan politik seperti Sandiaga Uno ternyata tidak mampu mengalihkan dukungan publik terhadap Ahok. Mengapa mayoritas publik tetap menyukai Ahok walaupun kasar?
Jawabannya bisa ditemukan kalau kita bisa mengerti mengapa Ahok nekat menggunakan pendekatan frontal dalam berpolitik. Artinya, Ahok tidak menggunakan jurus-jurus politik yang biasanya digunakan para politikus yang lain.
***
Dalam pelajaran etika, ada yang disebut teori hanya perang atau just war theory (jus bellum iustum). Teori ini pada dasarnya mempercayai bahwa perang diperbolehkan secara moral apabila memenuhi kriteria tertentu. Ada dua kriteria yaitu hak untuk pergi berperang atau the right to go to war (jus ad bellum), dan hak untuk mengadakan perang atau right conduct in war (jus in bello).
Pada intinya teori just war meyakini bahwa meskipun perang berdampak buruk, tetapi demi kepentingan yang lebih besar maka perang kadang harus dilakukan, bahkan kita harus ikut mendukung perang tersebut secara aktif (go to war).
Just War Theory is based on this classical view and from it the central concepts derive: that of the prior guilt of the offending party; and of just war as a means of vindicating violated rights or a violated order of justice, or as the means of restoring justice sumber
Dilain pihak, sebagai penganut Kristen aliran Reformed Injili, Ahok terlihat sangat mirip dengan tokoh reform di Belanda bernama Abraham Kuyper. Kuyper adalah pemikir, jurnalis, sekaligus politikus yang berhasil mempengaruhi Belanda. Karir tertinggi Kuyper adalah Perdana Menteri Belanda. Dan menariknya Ahok ini memiliki banyak kemiripan dalam pemikiran dan tindakan.
Abraham Kuyper dijuluki “Abraham the Terrible” oleh lawan-lawan politiknya karena keberaniannya menentang arus zaman. Ia meyakini bahwa otoritas duniawi haruslah meniru otoritas Tuhan yang memandang semua manusia sebagai gambar dan rupaNya. Oleh karena itu negara harus memperlakukan semua warga dengan adil dan setara. Kuyper menentang segala bentuk diktator dan tirani oleh sekelompok kecil orang, baik itu kelompok borjuis (yang membuatnya dibenci oleh partai liberal), maupun kelompok buruh (yang membuatnya dibenci oleh partai sosialis).
Sumber :
Teori Just War dan Kuyperian adalah dua hal yang bisa menerangkan mengapa Ahok bertahan dengan gaya politik vulgarnya. Bagi Ahok, dia sedang mendeklarasikan perang dengan korupsi demi kepentingan menyelenggarakan keadilan sosial (social justice).