[caption id="attachment_360642" align="alignnone" width="630" caption="Ilustrasi Megawati-Soeharto"][/caption]
Presiden wanita pertama, keturunan langsung Soekarno, dan bagian dari kekuatan besar yang menumbangkan Soeharto membuat Megawati memiliki posisi hari ini. Orasi kebangsaanya yang sangat "jujur" dan "lugas" tidak begitu mengenakkan di dengar loyalis-loyalis Jokowi. Haters pun langsung bersorak-sorai dan gaduh. Seperti biasa.
Seperti Jokowi yang tidak bisa dibaca dengan rumus biasa, membaca Megawati dengan cara biasa tidak akan menemukan titik temunya. Diluar pro atau kontra dengan keputusan-keputusan politik dia, penting untuk mencoba memahami sosok Megawati ini.
Dari semua kegaduhan ini, yang paling penting dicermati adalah kemunculan Tommy Soeharto dan kakak-kakaknya di radar politik Indonesia. Bahkan Ical dan Akbar Tanjungpun "sowan" ke bekas narapidana ini. Hebat kan Indonesia? Petinggi parpol menghadap bekas narapidana. Ada apakah?
Bahkan anak Soeharto ini melempar ke sosmed mewakili KMP (Koalisi Merah Putih) menawarkan Jokowi bergabung. Luar biasa. Ternyata KMP pun memiliki hubungan kuat dengan Cendana. Atau alatnya mungkin?
“KMP akan menjadikan pemimpin kita seorang Petugas Rakyat bukan petugas Partai” Koalisi akan mengawal/mengawasi lewat DPR” #JasKuningRI1 :)”, cuitnya (sumber)
***
Peperangan yang sebenarnya adalah peperangan strategi. Reformasi adalah perlawanan terhadap fasisme, radikalisme, dan oportunisme. Fasisme diwakili oleh Orba yang terus mau comeback dengan cara mengendarai kuda-kuda liar. Radikalisme menggunakan corong-corong agama untuk membangkitkan sentimen negatif. Oportunisme paling sulit dikenali karena masuk kesemua relung-relung idealisme.
Dalam peperangan besar itu, Megawati membawahi sebuah pasukan besar yang didalamnya banyak kepentingan nasionalisme sekular, agama, dan yang jelas Megawati adalah simbol perlawanan terhadap Soeharto. Tidak heran dia masih memiliki pengaruh yang demikian besar.
Fakta ini membuat perpolitikan Indonesia masih membutuhkan sosok Megawati untuk menjadi PENYEIMBANG demokrasi. Sehingga Yin-Yang politik Indonesia tetap terjaga. Sebab itu, sebenarnya fungsi yang tepat untuk Megawati adalah Ibu Bangsa, bukan ketua partai.
Sebagai Ibu Bangsa justru dia akan dikenal dan dikenang sebagai negarawan dengan tinta emas. Seperti alm. Lee Kwan Yew seharusnya dia jadi "senior" yang mengarahkan. Itu yang dibutuhkan Indonesia saat ini. Karena dengan tetap dijalur eksekutif partai, Megawati harus selalu memimpin peperangan dan do the dirty work. Sayang sebenarnya.
***