Gemes juga melihat bersliwerannya artikel-artikel membahas PK, GT, dsb. Â Gemes melihat tekanan yang diberikan kepada Admin Kompasiana, dan kang Pepih. Â Apa yang dilakukan admin Kompasiana dan kang Pepih menurut saya sudah tepat. Â Kompasiana adalah platform netral. Â Tidak bisa dibawa menjadi pendukung salah satu pemikiran.
Pemikiran Pepih, dan Isjet (dua senior Kompasiana), sebagai contoh, jelas-jelas berbeda rasa, kelas, dan nuansa. Â Dan keduanya bisa hidup bersama di Kompasiana. Â Dari sana jelas terlihat bahwa Kompasiana "berusaha" untuk mengakomodir semua pihak. Dan itu tentunya tidak mungkin 100% berhasil. Â "Tuhan" saja versinya banyak, sehingga agama beda-beda, apalagi cuma gagasan dan pemikiran.
Kalau kemudian ada yang merasa kang Pepih berpihak ke Gayus atau PK, menurut saya itu juga konsekuensi dari sebuah kepercayaan. Â Suatu kali ada movie yang saya lupa judulnya, ada seorang pengacara yang membela penjahat besar di US, akibatnya keluarganya dan kantornya diprotes dan dilempari kotoran. Â Ketika dia ditanya mengapa dia membela penjahat, dia mengatakan, saya tidak membela penjahat, tapi saya membela konstitusi United states of America. Â Disitu saya belajar apa artinya hidup dalam negara hukum. Â Tidak selalu adil, tapi paling tidak itu akan membawa ketertiban selama kita hidup bersama dalam perbedaan.
Saya tidak bisa membayangkan apabila Kompasiana ikut-ikut menjadi "aktifis koruptor" maka secara strategi akan berubah banyak. Kompasiana menjadi unik karena ada orang-orang yang beda di pasar ide ini.  Yang diminta hanyalah "sopan" dan menjadi "kode etik", sementara soal ide selama tidak melanggar konstitusi, maka tidak bisa dibanned atau diberangus.
***
Membuat sebuah kebijakan memang berbeda dengan membuat sebuah keputusan praktis. Â Dan kadang memang terkesan lembek, atau terlalu keras, tergantung darimana kita melihat. Â Dan pembuat kebijakan yang bijak adalah melihat semua unsur atau bahasa kerennya "stakeholder". Â
Stakeholder kompasianer bukan hanya "tim hore", atau haters, atau lovers, atau penulis sakti manapun. Tapi ada grup kompas, ada pribadi-pribadi yang terlibat, ada penegak hukum, ada pembaca-pembaca yang begitu macam ragamnya, ada tim IT yang lagi mau selesain appsnya :), dsb. Â
Tidak mungkin menyenangkan semua stakeholder. Â Tapi paling tidak yang paling aman untuk kelanggengan Kompasiana dan juga cita-cita luhur Kompasiana kedepan. Â
Saya dukung sepenuhnya Kompasiana sebagai platform netral dalam artian yang seluas-luasnya. Â
Biarlah pemikiran saya ini bisa memberi kontribusi, tapi kalau tidak suka ga usah kasih komentar yang macam-macam, karena pasti saya hapus :). Â Sekalian nitip pesan dari teman-teman yang baru pulang #melawanasap, daripada ribut Gayus, yuk bantu melawan asap. Kan Gayus sudah dipenjara, sementara korban asap masih ada? Â (Menolak Pesimis, Anak Muda Solo Ikut Melawan Asap)
Â