Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Caleg Nasdem Ngaku "Seperti Ahok", Tapi Islam?

3 Februari 2014   08:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:13 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_293036" align="aligncenter" width="343" caption="Baliho daerah Dawung, Solo"][/caption] Penyakit tidak PD (Percaya Diri) mewabah ke Caleg-Caleg 2014.  Bukan hanya Jokowi yang di copas, nama Ahok pun ikut di comot sembarangan. Sah-sah saja asalkan tidak ada yang marah.  Tapi kali ini kali ini penonton yang waras menjadi malu dan marah.  Paling tidak saya (salah satu penonton) berharap artikel ini sampai ke yang bersangkutan dan juga ke ketua partai yang mengusung.  Tujuannya untuk memverifikasi, dan meminta pertanggungjawaban secara publik. Mengapa ada seorang Caleg yang mengaku " Seperti Ahok" dan di dukung Asosiasi Pendeta Indonesia, tapi dalam CV Onlinenya disebutkan beragama Islam? [caption id="attachment_293180" align="aligncenter" width="300" caption="Baliho dari Widuran (doc.pri)"]

13911628201320402835
13911628201320402835
[/caption]

Kekeliruan atau Pembohongan Publik?

Nama Caleg itu adalah OKTINO SETYO IRAWAN SE, MH dari partai Nasdem (Nasional Demokrat) yang mencoba untuk mewakili Dapil 5 Jawa Tengah (Solo, Sukoharjo, Klaten, Boyolali).  Di harian Solo Pos bagian Lensa Parpol disebutkan bahwa orang yang disebut "Koh Nono" adalah bagaikan Ahok dari Solo. Terlihat sekali dia berusaha mencitrakan bahwa seakan-akan dia didukung pengusaha dan golongan kristen dan tionghoa Solo. Cropping lengkap advertorial Lensa Parpol Solo Pos, sbb:

1391075045342238259
1391075045342238259
Sebagai aktifis gereja, chinese, dan pebisnis saya tertarik membaca iklan ini.  Ketertarikan saya dengan segera berubah menjadi rasa malu dan kemudian berganti dengan rasa tidak suka, bahkan kemudian ada rasa kemarahan yang luar biasa.  Mengapa? Sebenarnya iklan yang murahan, ikut-ikutan, terkesan sok kristen karena didukung pendeta, mencatut nama orang dan juga menyertakan pengusaha toko sepatu kota Solo tidak kan membuat saya marah, paling cuma malu. Tapi ketika saya riset lebih jauh, terus terang saya menemukan fakta yang tidak mengenakan hati. Dari website resmi KPU (www.kpu.go.id) kita bisa menemukan CV-CV online daftar caleg-caleg. Dari sana saya download CV "Ahok palsu" ini dan mencoba mengerti siapa dia.  Dari sekolah mana, gereja mana, usaha apa, karena Dapil 5 Jateng adalah dapil saya.  Dan seumur hidup saya aktifis gereja dari keluarga pengusaha di Solo, minimal seharusnya saya tahu siapa orang ini kalau dari Solo. Alhasil saya tidak pernah mendengar SD - SMAnya (baca: bukan sekolah favorit), tapi paling tidak tahu UNISRI (Universitas Slamet Riadi) tempat dia ambil S1, dan S2-nya.  Bagi saya itu sudah catatan minor, karena ternyata yang lebih buruk masih ada lagi. Dalam kolom agama di dokumen itu disebutkan dia beragama Islam. Ngakuseperti Ahok koq Islam? Aneh sekali. Ahok yang mana lagi? Dan  CV itu ditandatangi di atas materai di ketahui Surya Paloh, pemimpin Nasdem tertinggi.

Sumber Dokumen atau http://dct.kpu.go.id/images/dokumen/DPR/3305/01/04.pdf

[caption id="attachment_293027" align="aligncenter" width="435" caption="Curriculum Vitae Oktino"]

1391076335265762251
1391076335265762251
[/caption] [caption id="attachment_293028" align="aligncenter" width="441" caption="Lanjutan CV Oktino"]
13910763892015481779
13910763892015481779
[/caption] [caption id="attachment_293031" align="aligncenter" width="488" caption="CV diatas Materai - Surya Paloh"]
1391076460820201062
1391076460820201062
[/caption] Jangan salah, beragama Islam tidak buruk.  Tapi mengaku beragama kristen tapi Islam itu buruk.  Atau kebalikannya, mengaku Islam tapi kristen itu sama buruknya.    Oktino siapakah kamu itu? Surya Paloh dan Nasdem harus berani untuk memberikan klarifikasi kasus ini ke media. Apakah "cuma" salah ketik di CV? Semoga saja demikian, tapi ini di atas materai!  Bukankah seharusnya Nasdem lebih jeli dan berhati-hati. Atau ini bisa dikategorikan kebohongan publik?  Bagaimana dengan Bawaslu? Lebih lanjut saya coba pelajari dari "gereja mana" si Oktino ini.  Ternyata dia berasal dari sebuah SEKTE kristen yang menyebut diri Jemaat Allah Global Indonesia (JAGI).  Apakah sekarang sekte ini sudah di akui PGI (persekutuan Gereja-Gereja Indonesia)  sebagai denominasi kristen yang sah, saya tidak begitu tahu.  Tapi yang jelas JAGI tergolong bukan mainstream dari gereja yang percaya trinity, tapi kristen tauhid atau unitarian  (Sumber).  Seharusnya "kekristenan" dia jangan dijual-jual untuk nyaleg. Apalagi kelompok yang diwakili jelas tidak mewakili mayoritas mainstream kekristenan. Bau dari fakta-fakta lapangan ini memperlihatkan sebuah pencitraan politis yang penuh nuansa kebohongan publik. Masyarakat harus mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.  Caleg yang waras jangan sembarang mencatut nama orang , dan juga JANGAN memakai agama dan/atau ke-cinaan (ras dan suku) untuk mencari simpati pendukung.   Kalau memang berkualitas seperti Ahok, tunjukan prestasi, atau minimal ide dan gagasan yang mau dikerjakan.   Jangan bohongi masyarakat dengan segala political-political branding yang tidak etis bahkan bisa menyerempet hukum. Seruan bagi yang berwajib mengawasi pemilu, semoga menindaklanjuti artikel ini.  Dan kita masyarakat awam harus semakin rajin menyelidiki SEMUA CALEG dan membongkar satu-satu latar belakang mereka.   Mungkin rekan-rekan jurnalis warga bisa bergotong-royong untuk menjadi "saksi pemilu" walaupun tidak dibayar partai maupun APBN. Jangan sampai kita dibohongi manusia-manusia tidak bertanggung jawab lagi.  Pemilu 2014 harus bersih supaya #IndonesiaBaru bisa lahir.  Demi Tuhan, dan demi Indonesia! Pendekar Solo

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun