Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belum Selesai 'Bulan Madu', Mendikbud Baru Kena Petisi

8 Agustus 2016   22:34 Diperbarui: 8 Agustus 2016   23:11 2471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhadjir Effendy - Kompas.com

Terlepas dari pro dan kontra pilihan Jokowi untuk mengganti Anies Baswedan dengan 'kader' Muhammadiyah, Muhadjir Effendy, mantan rektor UMM Malang ini rupanya tidak sempat untuk menikmati bulan madu kursi Mendikbud karena sudah terlanjur kena petisi netizen untuk membatalkan gagasannya.

Muhadjir diberitakan memiliki gagasan untuk menerapkan konsep Full Day School di Indonesia. Bahkan dikabarkan juga, gagasan ini sudah di setujui Jusuf Kalla, atau bahkan Jokowi sendiri. Dan bagi netizen, terutama aktifis-aktifis pendidikan hal ini bagaikan menaruh cuka di atas luka. Luka kecewa karena Anies diganti belum pulih, dan BOOM ditambah cuka Muhadjir yang rupanya sangat kecut sehingga petisi yang dialamatkan ke Jokowi pun bergulir.

***

Penolakan keras ini terjadi karena memang secara konsep pendidikan gagasan Muhadjir meruntuhkan SEMUA arah pendidikan yang sudah dirintis Anies selama 20 bulan. Arah pendidikan yang lebih humanis ala Anies yang disebutkan adalah manifestasi dari filosofi Ki Hadjar Dewantara langsung diruntuhkan dan diarahkan gaya 'Muhadjir'.

Move dingin Muhadjir ini terkesan sangat politis daripada substantif. Jokowi pada waktu pelantikan menteri Reshuffle II jelas mengatakan bahwa Mendikbud yang baru diharapkan dapat fokus ke KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan sekolah vokasi. Indikasi bahwa Jokowi ingin tetap fokus ke infrastruktur dan reformasi birokrasi disegala bidang, temasuk pendidikan. Bukan merubah struktur pendidikan dasar secara total yang jelas memakan waktu, tenaga, dan sangat politis.

Apa maksud Muhadjir yang sebenarnya? Apakah ada kepentingan kelompok yang dimasukkan? Apakah ini sebuah move politik untuk mencari panggung yang begitu kuat dikuasai Anies meskipun dia sudah lengser? Semua jadi bertanya-tanya, dan pertanyaan besar semakin membikin rakyat gerah karena mencoba mengerti dinamika politik di kementrian pendidikan dan kebudayaan yang memiliki hampir 30% alokasi APBN.  Ada apakah?

***

Terlepas dari muatan politis, gagasan Full Day School adalah gagasan yang sangat dini dan terkesan tanpa pemikiran yang dalam. Pendekatan ekosistem pendidikan yang dibangun selama 20 bulan terakhir adalah menguatkan bukan hanya pendidikan formal, tapi juga informal, dan non formal. Sekaligus merangkul orang tua sebagai stake holder utama, aktifis-aktifis pendidikan, dan seluruh stakeholder yang membangun ekosistem. 

Pendekatan ini sangat relevan dan Revolusi Mental yang dicanangkan Jokowi.  Kebalikannya, Full Day School hanya mencoba melihat permasalahan dari 1 dimensi, orang tua tidak punya waktu. Alih-alih menggerakkan orang tua, Muhadjir justru mau melepaskan tanggung jawab orangtua dan semuanya diserahkan ke sekolah. Luar biasa mengejutkan.

Muhadjir belum terlalu jauh melenceng, karena masih dalam tahap gagasan yang dikonfirmasi. Tapi Muhadjir tidak bisa menutup mata bahwa dibelakang Anies selama ini adalah relawan-relawan pendidikan yang jauh lebih agresif dari relawan-relawan politik.

Relawan politik bisa digunakan dan digerakkan karena kepentingan, tapi relawan pendidikan bergerak karena faktor ideologi pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun