Sumber : konfrontasi.com
Kegaduhan kasus Setyo Novanto yang disinyalir bukan sekedar kegaduhan biasa, membuat rakyat semakin "sakit perut" melihat tingkah polah elite-elite bangsa. Alih-alih mendapat pujian, Sudirman Said - the whistle blower - mendapat serangan balik baik di sos med, politik, bahkan hukum. Bahkan Mata Najwa yang dengan cantik berperan sebagai pilar ke-4 demokrasi (baca: media) dicoba di-framed sebagai pelaku kriminal. Entah siapa Setyo Novanto sebenarnya, yang jelas dia bukan sekedar ketua DPR.Â
Sudirman Said mungkin bukan malaikat yang tanpa salah. Mata Najwa mungkin "cuma pegawai" Surya Paloh yang memiliki kepentingan bisnis. Tapi, kita melihat keduanya telah berhasil membuang panggung "mafia migas" menjadi panggung publik. Sesuatu yang dahulunya ada diluar radar masyarakat, sekarang semua jadi TERANG BENDERANG. Istilah (baca: terang benderang) yang selalu digunakan Jokowi yang membuat hati rakyat tentram.Â
Sudirman Said dan Mata Najwa berhasil membongkar vicious circle (lingkaran setan) yang selama ini tertutup rapat di senayan. Dan untuk itu rakyat Indonesia harus memberi mereka dukungan sepenuhnya. Bukan malah menyerang orang-orang yang menyalakan lampu dan mencoba memadamkan kembali lampunya. Kata kebenaran berasal dari kata Yunani, alethia yang artinya DISINGKAPKAN. Sesuatu sedang disingkapkan, kebenaran sedang dinyatakan. Let there be light!
Lagipula, sebenarnya apa yang Sudirman Said permasalahkan cuma sederhana, mengapa Setyo Novanto mengajak Riza Chalid bertemu Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin. Dimana ETIKA-nya? Itu saja yang seharusnya menjadi fokus permasalahan. Persoalan pencatutan nama, minta saham, dll adalah hal-hal tambahan (meskipun sangat krusial). Pengusaha bukan cuma Riza Chalid, mengapa Setyo Novanto mengajak orang yang jelas-jelas di permasalahkan perannya di Tabloid Obor dan Petral.
Tidak perlu dibutuhkan seorang jenius untuk menarik benang merah antara Novanto, Chalid, KMP, dan jangan lupa regime SBY. Semua satu paket, dan selama ini dibiarkan terjadi karena semua "mungkin" mendapat bagian. Bukankah demikan mekanisme kerja jaringan mafia? Semua dibeli dan diberi bagian supaya tutup mulut. Yang berkicau, pastilah yang tidak dapat bagian atau tidak ambil bagian.
Jadi, cetho welo-welo (jelas dan terang benderang) kata orang jawa. Riza Chalid adalah kunci dari Lingkaran Setan ini. Apabila dia bersuara, kita akan melihat sampai sejauh mana "kanker freeport" ini. Polisi, KPK, dan Kejaksaan seharusnya sudah bergerak atau mungkin sudah tahu tapi pura-pura tidak tahu. Daripada mengganggu Ahok kerja dengan kasus-kasus yang ga jelas, lebih baik fokus bongkar freeport-gate ini, semua mafia yang lain akan terhambat dengan sendirinya. Kasus high-profile yang melibatkan ketua DPR, pengusaha migas #1, menteri, bisnis milyaran dollar, bahkan mencatut RI-1 & 2 ini adalah pintu gerbang menuju Indonesia yang terang benderang. Let Indonesia Go!
Â
Untuk mematahkan lingkaran setan, jangan lawan setannya, ambil lingkarannya
(Hanny Setawan)
Â