Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasiana Baru, Kegagalan yang Tersukses

7 Juni 2015   17:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:18 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasiana memang sebuah fenomena luar biasa di sosial media Indonesia.  Ketika facebook dan twitter merajai, blog keroyokan ini mencuat menjadi kekuatan sosial media baru.  Dengan jutaan artikel dan ribuan kompasianer, kekuatan K (singkatan dari Kompasiana) sekarang terbesar di Indonesia bahkan mungkin di dunia. Sebuah sukses yang luar biasa.

2 tahun bersama dengan Kompasiana, di lain pihak, memperlihatkan bahwa sistem dan aplikasi K jauh dari robust (kuat dan kokoh). Berulang kali K bermasalah dan 'lemot'.  Terlihat sekali bahwa framework K yang awalnya menggunakan Panada Framework buatan Iskandar Soesman (Menurut buku Kompasaiana Etalase Warga Biasa) tidak mampu untuk mengikuti perkembangan bisnis K.

Sambil berlayar membangun perahu, tampaknya itu yang dilakukan tim K.  Usaha pembenahan yang berkali-kali akhirnya mencapai puncaknya bulan juni 2015.  Kompasiana merelease versi terbaru dan hasilnya adalah malapetaka.  Belum pernah saya melihat web apps sekelas K gagal release sampai berhari-hari.  1-2 jam gagal sudah merupakan kegagalan profesional, berhari-hari adalah sebuah bunuh diri.  Tapi lagi-lagi K memperlihatkan anomali, dalam kegagalan itu ternyata para kompasianer tetap teguh menanti dan terus mendukung.  Bagi saya ini kegagalan yang tersukses.  Ajaib.

Apa yang mendorong anomali tersebut? Jawabannya adalah KOMUNITAS.  Model bisnis Kompasiana tidak hanya bertumpu kepada konten para jurnalis warga, tapi pada komunitas offline yang sudah terbentuk. Komunitas ini yang tidak dimiliki oleh para kompetitor yang lain, jadi untuk sementara K tetap aman walaupun sistem dan aplikasinya amburadil.  Tapi untuk berapa lama?

Sebagai pendukung K, saya berharap anak perusahaan Kompas ini segera menemukan tim IT yang lebih strategis dan tanggung. Terutama CTO (Chief of Technology Officier) yang mampu mendampingi Pepih Nugraha sebagai visioner K.  Manajemen K harus menyadari bahwa K bukan hanya sekedar blog biasa lagi, tapi sebuah aplikasi modern yang harus dipikirkan secara lebih matanng dengan fitur-fitur yang lebih uptodate.  Jawaban bahwa fitur-fitur menyusul, yang penting migrasi sistem (database, dll) adalah sebuah jawaban yang memperlihatkan bahwa K belum bisa meninggalkal mindsetnya sebagai "perusahaan media yang bertumpu jurnalisme" dan bertranformasi ke "perusahaan informasi yang bertumpy ke IT."  Semoga artikel ini membantu tim pengambil keputusan K.  Semangat!

 

Pendekar Solo

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun