[caption id="attachment_309053" align="alignnone" width="567" caption="doc.pri"][/caption]
Ramainya isu tentang indepensi media massa di Pilpres patut terus di kontrol publik. Â Baik yang pro Jokowi maupun pro Prabowo. Â Bahkan online dan media sosial pun harus mulai dipilah dan difilter informasinya.
Mengamati hal tersebut, sebagai warga Solo, tiba-tiba saya merasakan ada yang janggal terjadi di Solo. Salah satu harian ternama di base camp Jokowi, Solopos dalam pemberitaan-pemberitaannya terasa condong ke kubu Prabowo.
Pertama-tama saya merasa ini subyektifitas pribadi. Â Tapi karena saya berlangganan, akhirnya saya mulai mengamati. Â Sampai akhirnya Headline hari ini adalah "Prabowo Masuk Kandang Banteng", dan di halaman 2 Pilpres 2014 hanya ada ulasan tentang Mahfud.
Padahal kemarin, ada deklarasi Rumah Koalisi Indonesia Hebat untuk wilayah Jawa Tengah. Â Dan di hadiri oleh Bapaknya wong Solo yaitu pak Rudy. Â Tapi jangankan HL, beritapun saya sulit cari di media utama ini.
"Komplain" saya ini sarat subyektifitas. Â Tapi saya coba cek apakah cuma saya yang merasakan hal ini. Â Bayu salah satu koordinator relawan Jokowi bagian kepemudaan (twitter: @Bayuwicaksolo) mengatakan bahwa memang tendensi kontra Jokowi itu sudah cukup lama. Â Keterangan ini semakin menarik dan menguatkan dugaan saya.
Jokowi yang selama ini di isukan "pencitraaan" ternyata oleh media lokal yang termasuk utama pun tidak dapat porsi pemberitaan yang cukup. Â Lalu dimana pencitraannya?
Kekuatan massa Jokowi inilah yang tidak dapat dibendung media massa. Â Mau tidak mau, pro atau kontra, mereka HARUS memberitakan Jokowi karena rakyat menghendaki.
Catatan kaki:
- Saya harapkan tulisan ini sampai ke redaksi Solo Pos sebagai suara pembaca setia Solo Pos (sampai hari ini :)
- Rekan-rekan kompasianer berdomisili Solo silakan memberikan komentar dan opininya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H