Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Saya Masih Mendukung Jokowi

12 Februari 2015   08:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21 1522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="408" caption="aktual.co"][/caption] Sebagai programmer berlatar belakang akuntansi, saya dilatih berfikir logis bertahun-tahun.  Sebagai pianis dan pencipta lagu saya dilatih untuk berimajinasi seliar mungkin. Sebagai pemikir saya dilatih berfilosofi dan mempelajari worldview dari berbagai sudut pandang. Sebagai orang Solo yang dididik "Barat" dan dewasa di keluarga Tionghoa saya dilatih untuk hidup dalam budaya Jawa yang halus, pola pikir Barat yang sangat Aristotelian, sekaligus berinsting bisnis seperti "kebanyakan" orang Tionghoa yang lain. Semua latar belakang itu plus latar belakang pendidikan formal di akuntansi, bisnis, IT, musik, dan teologi plus training-training informal di psikologi, philosophy, dan community development membuat saya menjadi  "orang rumit" bagi banyak orang di sekeliling saya. Dan saya sadar itu. Kerumitan latar belakang saya itu mau tidak mau mempengaruhi cara saya melihat sesuatu.  Termasuk dalam saya melihat fenomena Jokowi. Sesama orang Solo, dan berlatar belakang pebisnis mungkin membuat saya mampu melihat dunia dari kacamata Jokowi. Sekaligus saya juga mengerti mengapa teman-teman aktivis begitu "gregetan" melihat sikap Jokowi di kasus KPK-Polri, ataupun sikap pengamat didikan Barat yang terlihat memaksakan "western leadership style" untuk Jokowi. Bahkan lebih jauh membandingkan Jokowi dengan Ahok. Apakah benar Ahok lebih baik dari Jokowi? Apakah benar gaya Barat itu selalu lebih baik?

***

Sebagai sesama Chinese dan Kristen, waktu saya mendengar Ahok mau jadi cagub DKI independen 2012, saya tidak tertarik sama sekali menggerakkan jaringan untuk support dia. Pemikiran saya sederhana, waktu itu Indonesia belum siap dengan "obat keras" seperti Ahok. Tetapi ketika Ahok mau "merendahkan diri" dan jadi nomer duanya Jokowi, 100% saya dukung pasangan Jokowi-Ahok ini. Sejarah mencatat Jokowi-Ahok adalah salah satu pasangan pemimpin paling serasi di era reformasi. Melebihi Jokowi-JK yang ada sekarang.

Ketika akhirnya Jokowi naik jadi Presiden, Ahok coba digoyang dengan isu SARA. Ahok ditolak oleh KMP. DPRD DKI memusuhi dia (sampai sekarang). Preman-preman "Betawi" mencoba mengganggu Ahok dan menolak pelantikan dia. Tapi dengan TEGAS dan DINGIN, Jokowi melantik Ahok di ISTANA NEGARA!  Sekali lagi saya katakan di ISTANA NEGARA!  Itu kali pertama seorang gubernur dilantik oleh Presiden secara langsung di Istana.

Komunikasi Jokowi adalah komunikasi memakai simbol. Si Pitung, Kapal Penisi, Baju Putih di "linthing", dan masih banyak lagi komunikasi-komunikasi simbolik yang khas orang Jawa dan bermakna sangat teologis. Jokowi melindungi Ahok. Itu catatan sejarah, bukan sekedar pengamatan. Dan itulah sebabnya sampai sekarang Jokowi masih suka ke dokter gigi di balaikota. Kebetulan?  Tidak ada yang kebetulan dari sosok Jokowi ini. Semua dihitung sesuai "primbon" atau wangsit atau hidayah atau wahyu atau revelation.

***

Sejak awal sebagai orang Solo saya tahu persis Jokowi bukan super leader. Tetapi saya melihat Jokowi adalah VARIABEL utama sebuah pembaharuan dan kebaruan. Fungsi atau peran Jokowi dalam sejarah reformasi Indonesia adalah MEMBUKA JALAN untuk lahirnya pemimpin-pemimpin baru seperti Ahok, Anies, Susi, Jonan, dll.

Sejak awal saya tahu Jokowi bukan nabi, apalagi Tuhan. Saya sudah punya nabi sendiri, dan punya Tuhan sendiri tidak perlu Jokowi jadi nabi atau Tuhan saya. Artinya, sejak awal level ekspektasi saya jelas. Sebab itu saya tidak kecewa. Tetapi yang mengharapkan Jokowi jadi nabi atau Tuhan jelas akan kecewa. Lower the expectation, and meet the new hope. Jokowi is the proper leader for THIS SEASON.

Alm. Romo Mangun mengatakan bangsa ini sudah memilih REFORMASI bukan REVOLUSI di tahun 1998, maka bangsa ini mengikuti destiny yang dipilih. Kalau 1998 waktu itu Golkar ditutup, dan seluruh jaringan Orba dipotong, maka waktu itu bisa lebih berdarah, tapi langsung selesai. Tapi ternyata bangsa ini bangsa beradab yang mau memberikan kesempatan orang untuk berubah dengan tidak langsung menjadikan 1998 killing field seperti 1965, dengan konsekuensi bangsa ini memerangi kanker Orba sedikit demi sedikit.

Itu alasan utama saya mengapa masih mendukung Jokowi. By all means, jangan biarkan Orba berkuasa lagi. It's done. Selesai. Tutup chapter. Sekarang waktunya pemimpin-pemimpin baru naik, dan Jokowi sudah mengawalinya. Orang sipil yang tidak punya partai, tidak punya uang, tidak punya kekuatan militer, yang ada hanya niat untuk membangun negeri.

Ketika Jokowi harus menghadapi sel-sel kanker apa dia harus KEMOTERAPI semuanya? Akan terjadi revolusi berdarah yang kita hindari di 1998 kalau itu dilakukan. Tugas Jokowi adalah PREPARING THE WAY untuk pemimpin-pemimpin seperti Ahok naik ke panggung lebih tinggi dan close the deal, Indonesia Baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun