Mohon tunggu...
Hanny Nurul
Hanny Nurul Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

nothing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Syahadah

30 September 2024   22:12 Diperbarui: 1 Oktober 2024   00:04 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandangan Muhammadiyah mengenai Indonesia yang merupakan negara Pancasila, yang kemudian negara Pancasila dipandang sebagai negara Darul Ahdi Wa Syahadah pada muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015 lalu.

"Darul Ahdi berarti negara konsensus atau negara hasil musyawarah, kesepakatan, ijma dari seluruh anak bangsa tanpa memandang agama, suku, bahasa, etnis, ataupun warna kulit. Sementara Darusyahadah adalah, dengan hal yang disepakati serta segala kekayaan perbedaan yang dimiliki, kita bahu-membahu membangun bangsa dan negara sebagai komitmen dalam proses pembangunan peradaban kemanusiaan yang unggul," jelas Hasnan Bachtiar.

Menurut Hasnan Bachtiar, penekanan Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah memiliki tujuan untuk memberikan pedoman bagi para aktivis, kader, dan simpatisan Muhammadiyah mengenai hubungan negara dan persyarikatan. Selain itu, kata Hasnan, sebagai fondasi pertahanan ideologis, alat harmonisasi politik, dan manifestasi intelektual dan politik yang menekankan pentingnya nasionalisme kebangsaan.

Ketika membangun Darul Ahdi Wa Syahadah, Muhammadiyah berijtihad secara kolektif dan interdisipliner, mengupayakan teologisasi demokrasi, mengupayakan objektivikasi dan substansialisasi doktrin Islam untuk memperkuat makna demokrasi. Tentunya hal tersebut berdasarkan Islam berkemajuan atau manhaj, serta menggunakan pendekatan bayani, burhani, irfani, dan lintas disipliner. Metode yang digunakan pun berorientasi pada kemaslahatan umum, menjunjung Hak Asasi Manusia (HAM), dan permuliaan alam.

Dengan adanya konsep Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah, Muhammadiyah telah berhasil menemukan titik temu antara keislaman dan kehidupan berbangsa. Muhammadiyah sadar, jika agama Islam harus menjadi ruh spiritual dalam kehidupan bernegara. Namun juga tidak menafikkan jika dalam berbangsa Indonesia juga mendapati sebuah kenyataan "Bhineka Tunggal Ika". Sekali lagi, dengan adanya pemahaman Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah, Muhammadiyah telah berhasil membangun watak anak bangsa sebagai seorang muslim sekaligus sebagai penduduk tanah air.

Dengan demikian, salah satu poin dalam pernyataan pers PP Muhammadiyah tentang RUU HIP menyebutkan bahwa perdebatan dan polemik ideologis dalam sejarah perumusan Pancasila harus diakhiri karena telah tercapai kesepakatan luhur, arif dan bijaksana dari para pendiri bangsa. Ketika para pendiri bangsa telah "Darul Ahdi", telah bersepakat, kita sebagai penerus perjuangan mereka jangan sampai menjadikan Indonesia sebagai "Darul Harb", negeri yang penuh dengan konflik.

Sumber referensi:

Ard. 2022. "Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah" Diakses  dari https://news.uad.ac.id/pancasila-sebagai-darul-ahdi-wa-syahadah/ pada 27 September 2024.

Admin. 2020. "Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah" Diakses  dari https://www.stitmuhngawi.ac.id/pancasila-sebagai-darul-ahdi-wa-syahadah/ pada 27 September 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun