Mohon tunggu...
Hanny Lubaba
Hanny Lubaba Mohon Tunggu... Lainnya - A Full-time Learner

a random writer and currently studying science management

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Antara Drama Reply 1988 dan Penthouse

13 Januari 2021   21:15 Diperbarui: 1 Agustus 2021   21:15 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Dua drama asal Korea Penthouse dan Reply 1988 mungkin terdengar tidak asing ditelinga kita, kedua drama yang disutradarai oleh Shin Won Ho dan Joo Dong Min tersebut berhasil menghipnotis banyak orang, termasuk masyarakat Indonesia sendiri yaitu saya. Terhitung banyak sekali orang-orang seusia saya yang mengidolakan para pemain dalam drama tersebut, bahkan banyak pula yang beranggapan bahwa "belum lengkap nonton drama korea kalau belum nonton Reply 1988 atau Penthouse".

Ketika memutuskan untuk menonton kedua drama tersebut, saya merasa sedikit kurang tertarik sebab rasanya sudah lama tidak menonton drama korea dan terasa malas untuk mulai menontonnya lagi. Namun, dengan banyaknya desakan dari teman-teman yang terus merekomendasikan, saya pun menonton dan akhirnya mengakui bahwa memang kedua drama tersebut ditampilkan dengan sangat apik. Setelah selesai menonton semua episode yang ada, saya melihat bahwa terdapat satu hal menarik yang bisa dibahas dari kedua drama tersebut, yaitu bagaimana kondisi keluarga yang jauh saling bertolak belakang.

Dimulai dari Reply 1988. Drama tersebut bercerita tentang bagaimana hubungan kekeluargaan yang begitu kental. Drama Reply 1988 menceritakan bagaimana kehidupan persahabatan 5 orang sejak kecil dengan dilengkapi cerita masing-masing keluarga mereka yang sangat menyentuh. 

Kondisi keluarga yang penuh dengan berbagai masalah tetapi kehangatan keluarga menjadi kekuatan utama disajikan dengan sangat baik sehingga mampu menyihir saya untuk terus menontonnya. Suasanya cerita yang dirancang kembali pada tahun 1988 membuat saya seakan-akan ikut merasakan bagaimana gambaran kehidupan dikala itu. Bukan hanya soal persahabatan dan kekeluargaan, dalam drama tersebut pun juga diceritakan tentang kisah percintaan dari 5 orang tersebut, terasa sedikit agak rumit karena memang lingkaran kisah percintaan mereka dikisahkan dengan sesama sahabat sendiri.

Berbanding terbalik dengan Reply 1988, drama Penthouse cukup memiliki perbedaan yang mencolok. Drama tersebut bisa dibilang sangat menegangkan, cerita yang disuguhkan cukup rumit, alurnya pun kebanyakan tidak terpikirkan dan tentunya membuat saya berkali-kali menggelengkan kepala. Drama Penthouse menceritakan bagaimana kehidupan keluarga kaya raya dengan berbagai kemewahan yang dimiliki. 

Dengan mengangkat cerita bagaimana ketidakjujuran dalam hidup dapat mempengaruhi nasib dan kondisi di masa mendatang, drama tersebut berhasil membuat penonton termasuk saya merasakan emosi yang begitu kuat ketika menontonnya. Berbeda dengan Reply 1988, dalam drama Penthouse dominan berisi adegan-adegan yang penuh dengan kekerasan yang bahkan berujung pada pembunuhan. Ketika menontonya, tidak terhitung berapa kali saya mengigit jari dan menutup mata sebab tak tahan melihatnya.

Dari kedua cerita dalam drama tersebut, kita bisa melihat bagaimana dua keluarga yang berbeda menjalani kehidupan mereka. Ketika menonton Reply 1988, emosi saya ikut terbawa pada bagaimana kehangatan antar keluarga itu tercipta, betapa hal sederhana mampu menjadi sumber kebahagiaan dan kasih sayang keluarga yang menjadi kekuatan utama. Sebaliknya, ketika menonton Penthouse, emosi saya begitu menggebu terbawa pada alur cerita yang nampak sangat menarik sekaligus menegangkan, terkadang muncul rasa geram, kesal namun ketagihan dan terus menontonnya. 

Setidaknya, seusai menonton kedua drama tersebut kita dapat menyadari dan merasakan bagaimana sosok keluarga itu menjadi sangat penting. Bagaimana  cinta dan kasih sayang keluarga yang kita miliki adalah hal yang berharga dan bagaimana ketika tidak ada kejujuran dalam menjalani kehidupan, keluarga yang harusnya berjalan harmonis akan berujung pada tidak adanya titik kebahagiaan. 

Kedua drama tersebut pun banyak memberikan pelajaran yang berharga, pelajaran tentang bagaimana sebuah keluarga menyelesaikan beragam masalah yang muncul dan bagaimana risiko yang akan terjadi ketika tidak ada kejujuran serta kekerasan yang tidak akan pernah menjadi solusi dalam menyelesaikan masalah. Setelah selesai menontonya, saya menjadi semakin menyadari bahwa cinta dan keharmonisan dalam keluarga adalah segala-galanya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun