Mohon tunggu...
Hanny Hermawan
Hanny Hermawan Mohon Tunggu... -

Manajemen A

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sumur di Malam Tahun Baru

18 Januari 2011   04:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:27 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumur di Malam Tahun Baru

Malam tahun baru telah tiba. Langit malam dihiasi dengan kembang api, suara terompet terdengar hampir di seluruh pelosok negeri. Semua orang merayakan tahun baru bersama keluarga. Namun berbeda dengan diriku. Malam tahun baru kulewati sendirian di rumah besar dan mewah ini. Majikanku sedang pergi dan aku ditugaskan menjaga rumah ini untuk beberapa hari. Pekerjaan telah kuselesaikan. Menyapu, mengepel, menyikat kamar mandi, dan mencuci menjadi kegiatanku sehari – hari. Sepi dan sunyi. Teringat ketika malam tahun baru yang kurayakan bersama ayah, ibu, suami, dan anak – anakku. Makanan dan minuman tersedia di meja. Anak – anak meniup terompet dengan gembira.

Tiba – tiba terdengar suara anjing menggonggong. Seketika membuyarkan lamunanku. Ah, paling hanya Luna, pikirku dalam hati. Luna adalah anjing kesayangan majikanku. Namun anehnya, Luna tak berhenti menggonggong. Lama kelamaan gonggongannya makin keras. Karena penasaran aku memutuskan untuk melihat ke taman belakang. Di sana terdapat Luna yang sedang menggonggong ke arah belakang rumah. Kudekati dan kuelus Luna agar berhenti menggonggong. Namun ia tetap saja menggonggong.

Gelap dan sepi. Aku memberanikan diri untuk melihat ke halaman belakang rumah. Aku penasaran mengapa Luna terus menggonggong ke sini. Dengan terkejut aku menemukan sebuah sumur. Sumur tua yang sangat kotor diselimuti tumbuhan merambat. Aku mencoba mendekati sumur itu dan melihat ke dalam. Ternyata sumur itu sangat dalam dan sudah mengering. “Sejak kapan di rumah ini ada sumur?” tanyaku dalam hati. Aku menemukan sebuah tulisan di pinggir sumur. Tulisan itu berbunyi “one coin, one wish”. “Apakah ini sumur permohonan?” pikirku dalam hati. Kuambil satu koin lima ratus rupiah dari saku celanaku. Kututup mata dan kuucapkan permohonan “semoga aku tidak harus melakukan semua pekerjaan rumah lagi”. Kemudian ku masukkan koin tersebut ke dalam sumur.

Aku berharap permohonan tersebut akan menjadi kenyataan. Yah, semoga saja. Setelah itu aku memutuskan kembali ke kamar dan melanjutkan lamunanku. Ketika aku melewati Luna, ia kembali menggonggong. Tiba – tiba kakiku terasa kaku. Aku tidak bias melangkah. Begitu juga dengan tanganku. Aku tidak bisa bergerak! Seketika tumbuh banyak sekali bulu di kaki dan tanganku. Buah dadaku mengecil. Rambut di sekitar mulutku juga melebat. Aku mempunyai kumis! Aku berubah menjadi laki – laki! Aku mencoba berteriak minta tolong dan suaraku menjadi berat layaknya laki – laki. Aku menjadi lemas dan pusing. Dan akhirnya………….

Hari sudah pagi. Aku terbangun di atas tempat tidur. Sinar matahari masuk melalui jendela kamarku. Seketika aku teringat kejadian itu. Aku langsung bercermin dan melihat bahwa aku tetap menjadi perempuan biasa. Ternyata itu semua hanya mimpi. Aku merasa lega dan akhirnya aku melanjutkan pekerjaan rumah yang telah menanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun