Hari ini.Officer saya – satu-satunya – izin tidak masuk kantor setelah saya kirim dia SPPD (perintah dinas) ke kota asalnya, Yogyakarta. Dari hari Jumat sampai Senin, 2 hari kerja berikut 2 hari hak liburnya, jadi total 4 hari.Hari ini, Selasa, harusnya masuk.“Saya tidak masuk hari ini karena sakit leher dan nggregesi,” begitu pesan singkatnya di BBM.
Dari kemarin, sesungguhnya saya sudah tidak sabar ingin mendapat kabar tentang Workshop CSR di Yogyakarta, Senin, yang dia ikuti itu.Tapi hari ini saya harus masih bersabar.
Entah karena egoisme saya yang tidak sabar untuk meminta laporan dinasnya, atau karena memang begitulah potret pekerja muda sekarang?
Usianya masih belia, fresh graduated.Menurut orang HRD, ia terpilih di SEDP (Staff/Engineer Trainee Program) karena cerdas, pintar, dan sesuai dengan bidang yang menjadi tanggungjawab kami sekarang: Komunikasi.
Untuk kesekian kalinya saya tertegun.Untuk kesekian kalinya.Saya bahkan tidakberani menghitung karena ingin melupakan rasa kecewa dari waktu ke waktu, tentang seorang officer yang penuh harapan, tetapi tidak bisa diharapkan.
Sakit leher, tidak ada yang berharap sakit.Lain waktu yang lalu, mulas.Lain waktu yang lalu-lalu lagi, mencret.Betul yang dikatakan Direktur SDM kami: karyawan adalah human capital.Dia harus sehat dan semangat.Ngomong-ngomong, sehat bukan tentang tidak merasa sakit apapun atau badan seratus persen fit.Sehat menurut pikiran saya adalah semangat untuk beraktivitas seperti layaknya kondisi sehat.
Seorang kurir di FedEx tidak punya kaki, berjalan menggunakan alat bantu (kruk), tetapi ia bekerja seperti layaknya kurir lainnya yang beranggota badan sempurna.Mengangkat-angkat paket kiriman.Coba, bagaimana caranya.
Jumat lalu, di Kick Andy, seorang tuna rungu – namanya Mitha – dengan pengucapan bicara yang lazimnya penyandang tuna rungu, tetap beraktivitas layaknya normal; mengajar desain interior, ia mendapat beasiswa S2 di ITB.
Beberapa bulan silam, di tempat saya bekerja sekarang, saya buka kesempatan magang untuk tunarungu tunawicara, cuma lulusan SLTPLB, namanya Riswan.Dilatih mengetik pakai word beberapahari, dan hasilnya, selama 2 bulan berhasil menyelesaikan pekerjaan rekap proposal dan Laporan Bulanan Proposal Masuk dengan kecepatan luar biasa.Saya terkaget-kaget karena kalau tidak segera saya berikan tugas lainnya, dia bengong.Ia terus minta diberi tugas.Kecepatannya melebihi anak magang lainnya yang sudah tingkat akhir di perguruan tinggi.
Oh, banyakyang nyata bekerja dalam keadaan badan tidak sehat.Pelukis Ni Luh Artawati produktif menjual karya seninya dalam keadaan kanker otak.Penyandang lupus, gagal ginjal, lumpuh, mungkin terlalu ekstrem bila dibandingkan dengan sakit leher?
Jelas mereka tidak sakit leher.Tetapi tidak punya kaki, tidak bisa mendengar, tidak bisa bicara, low vision, badan lemas, mata berkunang-kunang dan sakit kepala hebat dalam waktu panjang bukankah itu lebih sakit daripada sakit leher atau nggregesi?
Saya ingin mengambil energi mereka sebagai penguat semangat bekerja dan produktif dalam keadaan tidak fit.Ketika semangat itu hebat, rasa tidak fit itu terusir.Apalagi untuk sakit leher.Mungkin hanya perlu banyak minum air putih, makan bernutrisi baik, badan dibalur minyak kayu putih, atau mungkin satu dua tablet suplemen penambah daya tahan tubuh. Kecuali bila flu, bersin-bersin, ingusan, pasti saya paksa untuk pulang saja karena bisa menularkan influenzanya kepada rekan kerja yang lain.
Hari ini, baiknya officer saya itu tetap masuk kerja.Toh tugasnya tidak berpikir yang berat-berat apalagi mengangkat barang-barang berat.Saya ingin berbagi semangat produktif untuknya.Untuk satu diantara sekian banyak pekerja muda sekarang.Kalau ia mau.
Ya, kalau ia mau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H