Mohon tunggu...
HANNIN PRADITA
HANNIN PRADITA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

part-time as a student of social welfare, full time as a traveler, PEZ addict, part-time as an article writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

How Sensitive You are with Disability

13 Oktober 2021   07:35 Diperbarui: 13 Oktober 2021   08:15 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di masyarakat modern seperti kita ini masih banyak perilaku sosial yang mencerminkan pandangan bahwa penyandang disabilitas sebagai objek belas kasihan dan masyarakat seperti ini yang perlu diberantas. Masyarakat harus memahami bahwa penyandang disabilitas perlu dukungan dan kepekaan dari masyarakat bukan pandangan seperti itu. Dengan perhatian dan motivasi dari masyarakat, pandangan belas kasihan dan pandangan lain tentang penyandang disabilitas akan berubah. 

Alih-alih pemberian belas kasih dan amal untuk penyandang disabilitas, mereka lebih membutuhkan fasilitas-fasilitas yang bisa menunjang mereka untuk mandiri, membuka kesempatan kerja yang sama dengan yang lain, dan mendapat kesetaraan yang sama dengan yang lainnya. Seperti halnya memberikan konstruksi jalanan untuk ramah kursi roda di jalan atau gedung-gedung. Saya setuju dengan memberikan kesempatan yang sama dengan penyandang disabilitas dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan lebih membangun kepekaan masyarakat untuk memandang kesetaraan dengan penyandang disabilitas. 

Masyarakat harus menyadari bahwa kecacatan bukanlah masalah individu semata tetapi masalah sosial. Secara tidak langsung, kita belajar banyak kebajikan dari para penyandang disabilitas seperti kesabaran, keberanian, pemikiran positif dll. Karenanya, ini memberi kita lebih banyak alasan untuk mulai peduli tentang apa yang dibutuhkan mereka, baik itu pandangan kita tentang mereka atau fasilitas yang didapat untuk mereka. Dengan begitu banyak terobosan teknologi yang terjadi di seluruh dunia untuk membantu keberhasilan ini, Pemerintah harus mulai memperbanyak penelitian dan pengembangan dan inovasi yang akan membuat kehidupan para penyandang disabilitas lebih bahagia dan lebih mudah.

Misalnya, penemuan anggota tubuh buatan menyebabkan revolusi yang terjadi di dunia sekarang ini. Tetapi juga penting bahwa mereka harus diberi harga secara kompetitif dan harus tersedia dengan mudah sehingga sebagian besar penyandang disabilitas dapat memperoleh manfaat dari mereka atau mendidik mereka dan memberi mereka pekerjaan berdasarkan kondisi fisik mereka akan membuat mereka merasakan "rasa pencapaian" dan meningkatkan kecerdasan kebahagiaan mereka, ini yang sudah dilakukan di Indonesia. Meskipun tidak semuanya, tetapi sudah ada beberapa perusahaan swasta dan negeri mengaplikasikannya di dunia kerja. Juga, penyandang disabilitas harus dilatih oleh spesialis di bidangnya sehingga mereka dapat mencoba dan mengatasi kekurangan mereka semaksimal mungkin dan menjalani kehidupan yang memuaskan dan bahagia kedepannya. 

Masyarakat, kita, harus menganggap para penyandang disabilitas sama kompetennya dengan masyarakat pada umumnya dalam pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka. Jangan pernah berasumsi mereka tidak mampu, atau bahwa kita perlu masuk dan membantu. Kasihan tidak sama dengan kasih sayang. Kasihan berasal dari stereotip dan bias. Belas kasih timbul dari kesadaran akan perbedaan dalam diri orang lain dan keinginan untuk bekerja sebagai tim untuk mencapai tujuan dan memenuhi tenggat waktu.

Butuh peran masyarakat terhadap pandangan atau stigma yang melekat kepada para disabilitas harus segera dihilangkan dan diubah menjadi pandangan yang positif sehingga akan membantu mereka menjalani kehidupan yang nyaman dan merasa aman. Pemerintah juga harus mengambil inisiatif untuk memulai berbagai program yang mendukung para penyandang disabilitas sehingga mereka didorong dan diterima oleh masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun