Beberapa waktu lalu saya melakukan observasi lapangan di Museum Konfrensi Asia Afrika (KAA). Jujur, ini pertama kalinya bagi saya berkunjung ke museum ini. pertama kali memasuki pintu masuk, di dalam sudah ramai sekali pengunjung mancanegara yang berkunjung ke museum ini, tadi yang berkunjung ada dari Korea Selatan dan Amerika. Kalian yang ingin berkunjung ke museum ini buka setiap harinya dari pukul 8.00 – 16.00 dan untuk hari libur museum ini tutup. Menurut saya, bila dilihat dari kondisi museum ini untuk pertama kalinya pandangan saya tertuju kepada hal ini.. karena, merupakan nilai tambah bagi museum ini. adanya jalanan khusus untuk kursi roda, jadi semua orang dapat berkunjung ke museum ini dengan mendapatkan fasilitas yang sama dengan yang lain.
Berkunjung ke museum ini tidak dikenakan biaya sama sekali, kami langsung mendatangi informasi center, dan disana kita mendaftarkan diri kita yang dibantu dengan pegawai disana. Kita juga mendapatkan booklet dimana terdapat informasi mengenai gedung merdeka dan juga museum KAA sendiri. Pertamanya kami memutuskan untuk berkunjung ke ruang konfersi, disini susunan kursi yang rapih membuat saya takjub.. tidak ada satupun debu ataupun terlihat buruk museum ini.. begitu juga jejeran bendera anggota KAA yang berjumlah 135 bendera dari 135 negara terlihat rapih dan bersih. Disini juga terdapat Gong pembukaan KAA yang ke-50 yang bertempat di Denpasar, Bali.
Selanjutnya kami memasuki ruang peragaan umum yang berada tepat di depan pintu masuk. disini diperlihatkan berbagai macam peninggalan baik itu naskah, kursi, kamera, yang berhubungan dengan Konferensi ini. Ada juga patung Bung Karno dan Bung Hatta serta presiden dan perdana menteri dari negara-negara yang bergabung di dalamnya.
Setelah itu kami dipersilahkan menonton rekaman mengenai KAA yang berdurasi 7 menit. setelah itu kami dipandu oleh guide yang menceritakan tentang sejarah dari masa peperangan antara kedua blok, blok barat dan timur. Sehingga memunculkan ide tentang konfersi dimana negara-negara ini tidak memihak salah satu blok dan menginkan perdamaian. karena, negara-negara ini berpikir memiliki latar belakang yang sama. Disini kita juga dapat melihat peninggalan-peninggalan yang ada seperti contoh hotel disaat Presiden Soekarno di salah satu hotel di Yugoslavia untuk bertemu dengan Presiden Tito. Telepon yang ada disini, ternyata mengeluarkan suara mengenai rekaman pembicaraan telepon anatara keduanya.
Setelah puas mengelilingi museum ini, kami dipersilahkan mengambil foto di podium yang digunakan disaat KAA ke-50 di Bali. saya merasa berterima kasih sekali terhadap bapak pemandu yang berbagi ilmunya dengan semangat terhadap kita. Terima Kasih untuk Bung Karno, untuk mencatatkan sejarah tentang satu negara yang besar dan kuat yang diakui dunia Internasional karena mampu menggabungkan dua benua di dalam misi perdamaian. Seperti kutipan Bung Karno, “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Dengan mengetahui sejarah bangsanya maka seeorang dapat menghargai kehebatan dan jerih payah pendahulunya dalam membangun negeri ini dengan keringat darah. Bila manusia benar menghayati arti sejarah maka dapat membuat menciptakan semangat kebangsaan dan nasionalisme yang kuat yang dapat membabat habis benih-benih perpecahan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya