Mohon tunggu...
Hony Lov3ly
Hony Lov3ly Mohon Tunggu... -

my name's hannie born in sukabumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wajah Dibalik Kabut dalam Hujan

13 Maret 2015   04:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:44 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini 13 oktober..

Seperti melayang di antara awan awan, berlari di antara tiupan angin, bercengkerama bersama damainya angkasa.

Hari ini aku terbang di langit yang cerah, matahari pagi menyinari celah kaca jendela yang terbuka tirainya, aku memandang ke bawah sana, yang terlihat hanyalah gumpalan awan awan yang bergerumbul seperti batu batu karang di tepi pantai, ingin sekali rasanya bergumul di antara awan awan itu, memeluk kabut yang beterbangan, seperti serpihan salju yang turun di musim dingin, melepaskan kepedihan hati, menghilangkan lara nestapa dalam jiwa.

Pesawat mulai menukik di atas permukaan laut bali, dan sebentar lagi, pesawat ini akan landing di bandara ngurahrai.

*
Kaki ku mulai melangkah menyusuri tepian pantai yang agak curam, sesekali terjangan ombak kecil menyapu langkah ku, ach..rasanya ombak ini ingin mengajak ku bermain kejar kejaran, seakan menyuruhku berlari dari terjangannya, dan ia akan segera mengejarku dengan buihnya yang putih berkilauan.

Matahari sore begitu cerah, langit pun tiada awan yang menggayuti, dan sekitar pantai itu di penuhi turis turis yang menantikan matahari tenggelam, untuk segera memotret keindahan alam senja yang sebentar lagi akan tiba.

Aku terduduk di atas pasir putih yang terhampar luas di sepanjang tepian pantai, memandang ke depan menatap lautan yang membiru dan menyaksikan ombak ombak yang berkejaran saling menyusul silih berganti.

Kembali hati ini merasakan sesuatu, kesendirian ini membawa aku kembali mengingatkannya, pada peristiwa beberapa tahun lalu.

Saat itu, dalam hujan yang mengguyur kebekuan petang, dia datang menampilkan wajah bekunya, pada pandangan kosong yang menyalang.

*
Terjangan ombak kembali menerjang kaki ku, menyadarkan ku dari lamunan ku, "ach.., perasaan itu selalu menghantuiku, sepanjang hidup.

Aku segera menepisnya, dan segera ku langkah kan kaki ku, kembali menyusuri tepian pantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun