Badan sosok Wanita itu memperlihatkan perut yang sangat besar, hari yang ditunggu-ditunggu Wanita itu telah tiba. Dengan tangisan dan jeritan yang meluncurkan keringat dari keningnya yang menahan sakit. Jeritan yang lantang dan percaya diri terdengar dari Wanita yang berbaring setengah lingkaran diranjang rumah sakit, rasa sakit yang tak terbayangkan terkalahkan oleh kebahagiaan saat terdengar suara bayi kecil nan mungil menangis. Dan, lahirlah aku sesosok anak yang menjadi harapan seorang Ibu.Â
Aku adalah anak perempuan dari 8 bersaudara yang menjadi anak terkecil dikeluarga besar ini. Menjadi seseorang yang sukses adalah komitmen ku sejak kecil, sukses ku nanti akan kupersembahkan kepada wanita yang mempertaruhkan nyawa untukku. Wanita itu adalah seseorang yang sangat kuhormati dan kucintai, senyuman wanita itu, kebahagian wanita itu adalah semangat ku untuk menjalani hari-hari.Â
Sosok wanita itu sangat mulia dan berjasa. Pentangguh hebat bagi anak-anaknya. Guru terbaik dari seluruh guru. Pengasuh yang tidak pernah meminta bayaran sepeser pun. Pelayan yang sangat tulus dan sabar. Koki yang selalu diandalkan memasak. Dan Dokter yang paling telaten dalam keluarga sekaligus penghangat yang sangat nyaman.Â
Bagi wanita itu, kebahagian anak adalah segalanya. Sosok yang selalu disebut dalam setiap doanya adalah buah hatinya. Wanita itu berjuang demi memberikan kebahagian dan yang terbaik untuk anaknya. Dengan hanya memiliki ijazah SMP wanita hebat itu bekerja siang malam agar anaknya dapat mengenyam Pendidikan setinggi-tingginya. Banyak mengkorbankan waktu dan tenaga agar anaknya dapat merasakan hidup yang layak dan tumbuh dengan sehat. Sosok wanita yang selalu mengabaikan dirinya dan selalu mendahulukan kebahagian anak-anaknya.Â
Saat ini aku anak bungsu dari wanita hebat itu telah menjadi mahasiswa dan disebut perantau dikota orang, meskipun anak-anak wanita hebat itu jauh, untuk memperlakukan kami anaknya dengan kasih sayang tidak lupa. Saat jauh dia tak gengsi untuk menelfon setiap hari, meskipun anaknya jauh dia selalu berusaha buat memasak anaknya dengan mengirim masakkan nya. Dan sekarang dengan umur yang telah paruh baya dia masih mengutamakan anaknya dalam segala hal maupun itu dalam aspek kebahagiaan. Wanita itu sosok yang menjadi tameng terkuat saat ada yang mengusik kebahagiaan anaknya.Â
Rambutnya yang helai per helai mulai memutih, wajah yang mulai keriput, tetapi semangat dan kekuatannya selalu bergairah. Tidak ada kata lelah bagi wanita hebat itu, baginya hidupnya seluruhnya hanya untuk anaknya. Sosok yang selalu menerima seluruh kekurangan dan yang selalu sebgai rumah buat anaknya dikala anaknya mulai tersesat. Perjuangan dan pengorbanannya tidak dapat diukur dengan apapun, hampir seluruh kehidupannya diserahkannya kepada anaknya.Â
Sosok wanita hebat itu kupanggil dengan sebutan Ibu. Sosoknya kian melekat dalam hati, senyum dan tawanya bagaikan Pelangi sehabis hujan, matanya adalah pancaran sinar yang menerangkan setiap langkah anaknya. Sosoknya seakan menjadi lilin yang akan terus menyala dalam hidup kita.Â
Tidak ada yang dapat mencintai kita semulia dan setulus ibu mencintai seorang anaknya. Ibu, bukan sekadar wanita yang layak dikagumi. Namun, seorang wanita yang bisa mengagumi kita apa adanya. Ibu, sosok yang paling dekat dengan kita, sebab letaknya ada di dalam hati kita.Â
Sukses dan semapan apapun pekerjaan ku di kemudian hari, itu tidak akan bisa mengganti dan membalas semua jasa,waktu, dan pengorbanan yang kau habiskan untukku. Terima kasih atas segala waktu yang terlewati, terima kasih untuk sakit dan jeritan yang kau rasakan demi mengandung dan melahirkan aku kedunia dan bertemu sosok yang begitu berharga dan mulia. Ibu, inilah aku anak mu dengan segala kekurangan tetapi memiliki cinta yang begitu abadi dari dirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H