Politik seakan menjadi berita yang selalu seru untuk diperbicangkan, termasuk pernyataan pernyataan yang dilontarkan politikus partai dalam negeri ini terkait kemenangan koalisi oposisi Mahathir Mohamad yang berhasil menggantikan petahana Perdana Menteri Nazib Razak sekaligus menjadikan Matathir Mohamad menjadi PM tertua di dunia.
Seakan menjadi oli demokrasi keinginan menguasai panggung politik tercemin oleh kader-kader politik tanah air yang menjadikan contoh koalisi oposisi Malaysia sebuah pacuan untuk memenangkan pemilu di Indonesia tahun depan dengan bermodal Hastag #2019 yang pemilik tagarnya sendiri menolak untuk mengakui bahwa ada politik yang berselimut dalam hastag tersebut dimana yang menjadi poin utama nya bahwa masa kampanye belum dimulai dan menjadikan tempat umum (dibaca : Car Free Day) untuk mendeklarasikan sebuah gerakan massif atau kegiatan (dibaca : Aksi Bela Baitul Maqdis) yang mengatasnamakan solidaritas islam terhadap Palestine namun tetap menyisipkan sebuah pesan bahwa mereka ada, mereka hadir, disana untuk mendapat suara masyarakatÂ
Pernyataan aksi tanpa politik praktis mirip sebuah kaca didalam air yang walau tidak diakui, tapi tetap dapat dilihat
Politikus lain juga menyebut "Keberhasilan Mahathir Mohamad memenangkan pemilihan umum di Malaysia tidak terlepas dari sikap konsisten melawan ketidakadilan yang terjadi di negeri jiran tersebut... Di Indonesia, semangat ganti presiden didukung rakyat. Insyaallah oposisi di Indonesia juga menang,".
Sedangkan FH Â juga memprediksi bahwa Presiden Jokowi juga akan tumbang dan dikalahkan oleh oposisi pada Pilpres 2019. Fahri menyebut kemenangan Mahathir Muhammad harus dijadikan pelajaran bagi petahana di Indonesia. "Hati-hati dengan perasaan publik, dengan pikiran publik yang kadang-kadang tidak bisa ditebak oleh lembaga-lembaga survei karena zaman ini zaman yang lebih dinamis. Perasaan publik itu kadang penuh misteri," sebut Fahri. "Tampak-tampaknya memang kita akan memiliki pemimpin baru, orang yang lebih mengerti perasaan masyarakat, yang akan sanggup menjurubicarai perasaan yang tidak terkatakan".
Kepedulian Fahri kepada Presiden RI harus diakui jempol karena FH sering menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengamati Jokowi dalam melaksanakan tugas nya selama memimpin RI ini, bahkan khawatir presiden tidak terpilih lagi di periode selanjutkan (malah bingung posisi pak FH di koalisi merah putih atau P*S)
Semua yang terjadi ini karena keinginan untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2019 yang menjadikan gelap mata sehingga melanggar aturan dan dapat dikatakan tidak tulus dalam berjuang membebaskan Baitul Maqdis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H