Pemuda adalah sosok yang suka berkreasi, idealis, dan memiliki keberanian serta menjadi inspirator dengan gagasan dan tuntutannya. Generasi muda adalah penentu perjalanan bangsa di masa berikutnya. Pemuda adalah motor penggerak utama perubahan. Pemuda diakui perannya sebagai kekuatan pendobrak kebekuan dan kejumudan masyarakat.
Tengoklah sejarah bahwa dari tangan-tangan pemuda lah perubahan terjadi . Para pemuda lah yang berani menumbangkan rezim diktator, para pemuda lah yang telah mengganti orde lama menjadi orde baru hingga pada saat ini kita berada di era reformasi, terlepas dari ideologi yang diemban oleh mereka semua, namun kita mengakui bahwa pemuda adalah agent of change.
Dalam sejarah da’wah Islam, pemuda memegang peranan yang sangat penting.Dalam Al-Quran terdapat banyak kisah keberanian pemuda. Adapun beberapa sosok pemuda pada masa Rasulullah Saw diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib yang paling muda ketika itu berumur 8 tahun, memiliki kecerdasan dan kepiawaian dalam strategi berperang serta menjadi khalifah pada usia muda, Abdullah bin Mas’ud (14) yang kelak menjadi salah satu ahli tafsir terkemuka, Saad bin Abi Waqqash (17) yang kelak menjadi panglima perang yang menundukkan Persia, Jafar bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah (20), Utsman bin Affan (20), Mush’ab bin Umair (24), Umar bin Khatab (26), Abu Ubaidah Ibnul Jarah (27), dan pada masa setelahnya yang kita mengenal Muhammad Al-Fatih (24) telah menaklukan konstantinopel.
Mereka semua adalah pemuda peradaban di masa lalu yang belum kita dapati saat ini. Kini, sosok pemuda idealis sudah terkikis oleh kerasnya sistem kapitalis. Pemuda khususnya Mahasiswa yang sejak lama menyandang gelar kaum intelektual pun pada kenyataannya saat ini telah dininabobokan oleh sistem.
Saat ini , Para pemuda telah dihadapkan pada tantangan globalisasi dalam ranah kesekuleran sehingga lahirlah generasi muda yang apatis, pragmatis, dan alergis. Apatis terhadap permasalahan umat yang merupakan efek dari sistem sekuler yang menawarkan semangat nasionalisme , Pragmatis dalam mengambil keputusan dan berfikir sehingga kecerdasan dan pemikiran cemerlang tak kan kita dapati pada hal ini, terakhir adalah alergi kepada aturan yang syar’i sehingga menghasilkan generasi yang rusak secara pemikiran dan tingkah laku.
Generasi muslim telah mengalami problematika secara struktural dan mendasar sehingga berdampak kepada permasalahan cabang yang saat ini mereka hadapi. Sistem sekuler telah menghipnotis para generasi muda tanpa terkecuali generasi terbaik yakni islam. Di era globalisasi mereka menularkan Virus F4 yakni Food , Fun , Fashion , dan Film yang telah menembus rusuk pemikiran generasi muslim saat ini sehingga kaum muslim kehilangan identitasnya sebagai khairu ummah . Contoh konkretnya di Kampus Saya yang notabene mayoritas muslim para yang katanya kaum intelektual pun telah terjangkit oleh virus ini yang pertama Food, agar terlihat keren dan gaul mereka rela berhutang demi makan di kafe tempat tongkrongan anak-anak gaul ketimbang makan di warteg atau bawa bekel dari rumah sehingga generasi muslim kehilangan rasa syukurnya kepada nikmat yang telah ALLAH berikan, kedua adalah Fun, dalih “yang penting hepi” inilah yang membuat generasi muslim saat ini berpikir pragmatis, bersikap individualis dan tidak berpikir visioner . Muda foya-foya Tua kaya raya Mati masuk surga inilah perjanjian semu sistem kapitalisme yang mengajarkan bahwa money is priority, menurut mereka kesenangan hakiki adalah ketika kita memiliki uang banyak, kebutuhan terpenuhi, dan hidup bebas akibatnya generasi muda berbondong-bondong mencari uang dengan bekerja bahkan jalan haram pun ditempuh untuk memenuhi kesenangan tersebut. Dalam hal Fashion generasi muda pada umumnya dan muslim khususnya berkiblat pada barat, rok mini , pakaian ketat dan tipis itulah yang mereka anggap stylist, mengumbar aurat adalah cara mereka mensyukuri nikmat akibatnya wanita dijadikan sasaran empuk perilaku kejahatan seksual, tak hanya itu, dalam dunia kerja kemolekan tubuh wanita pun dijadikan mesin pencetak uang. Terakhir adalah film yang membius perasaan dan pemikiran kaum muda yang ekspresif, liberalisasi film telah membuat candu bagi sex bebas dan pergaulan yang ikhtilat.
Dalam arena pendidikan kaum intelektual muda dijadikan komoditas oleh kaum kapitalis.Kurikulum yang diberikan tidak menjadikan generasi muda khususnya muslim menjadi cerdas dan visoner melainkan menjadikan individu yang sekuler, alergi terhadap agama , dan politik. Adanya pemisahan antara ilmu pengetahuan dengan tsaqafah akibatnya ketika diajak untuk berbicara politik, menjadi mahasiswa ideologis mereka kabur dan menjauhi dengan dalih “ tugas kita itu belajar, bukan berpolitik. Kita itu anak Bahasa bukan Anak Hukum, gak nyambung ngomongin politik, Pindah jurusan sana” inilah kata-kata yang terlontar setiap kali saya dakwah di kampus.
Ternyata efek dari sistem kapitalis ini pun tak hanya menjangkit generasi muda secara umum saja akan tetapi, para pemuda yang menyandang status sebagai hamiluddakwah pun ikut terwarnai oleh keruhnya sistem ini apapun harakahnya walaupun intensitasnya sedikit. Contohnya saja dalam hal prioritas. Para hamiluddakwah yang sudah paham benar mengenai islam aulawiyat ternyata ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan pun karena telah terwarnai oleh sistem sering sekali membuat prioritas pribadi yang bertolok ukur pada “manfaat” dan “kepentingan”.
Dari sekian banyak pemuda yang terjangkit virus kapitalis, namun Insya Allah masih tersisa para generasi muslim yang idealis, yang berjuang atas nama Islam bukan atas kemanfaatan semu. Pemuda gagah berani yang hidupnya didedikasikan hanya untuk kejayaan Islam semata, pemuda yang siap menghadapi dan menaklukan tantangan global. Sanggup memikul beban da’wah dan bersedia berkorban serta menghadapi berbagai siksaan dengan penuh kesabaran. Mereka mendapatkan kebaikan, rahmat dan ampunan dari Allah. Mereka inilah yang disebut dengan orang muflih (beruntung).
Para pemuda yang hanya menjadikan islam sebagai satu-satunya ideologi dan problem solving umat secara global dan menyeluruh. Dengan dilandaskan aqidah yang shahih dan tsaqafah yang shahih inilah generasi muslim dapat menyandang kembali gelar terbaik dari Allah yakni Khairu ummah tentunya hal ini hanya dapat terjadi tatkala syariah islam diterapkan secara kaffah dalam bingkai Daulah Khilafah Rasyidah sehingga terciptalah darinya generasi islam yang cemerlang yang mampu menghadapi tantangan global sebagaimana 1380 tahun silam ketika kehilafahan khulafur rasyidin.
Masa kegemilangan islam yang mencetak para cendikiawan baik muslim maupun non muslim sehingga gelar “ kaum intelektual muda” bukanlah kata-kata semu seperti pada sistem cacat kapitalisme saat ini.
Umat Islam di masa lalu terutama para pemudanya unggul karena mereka memeluk Islam secara kaffah, lurus aqidahnya dan taat pada syariat. Untuk membangkitkan umat, diperlukan pemuda-pemuda yang mau bergerak secara ikhlas dan sungguh-sungguh untuk meraih kembali kejayaan Islam. Pemuda yang dibutuhkan adalah para pemuda Islam sekualitas para sahabat yang memiliki tauhid yang lurus, keberanian menegakkan kebenaran serta memiliki ketaatan pada Islam. Dengan dorongan peran pemuda inilah maka perjuangan penegakan kembali aturan Allah di muka bumi ini akan berlangsung dengan giat sehingga Islam kembali tegak.
Yakinlah pada diri kita bahwa kita mampu menjadi pribadi-pribadi muslim yang tangguh dan berpengaruh seperti Ali bin Abi Thalib, Imam Syafi’I dll. Insya Allah dengan izin Allah kita akan bisa menjadi seperti mereka asal kita mau serta diiringi dengan usaha yang sungguh-sungguh.
kebangkitan islam di masa mendatang dimanifestasikan oleh pemuda, dengan syarat mereka mempunyai kesadaran dan kecintaan penuh pada Allah dan Rasul-Nya, tidak berkompromi dengan hukum jahiliyah. Jika hal ini gagal ditanamkan pada jiwa generasi muslim saat ini, akibatnya sekularisme seperti di Turki akan terulang-ulang lagi di negeri-negeri Islam. Maka, lahirlah Ataturk-Ataturk baru yang mengagumi Barat beserta aturannya. Naudzubillahimindzalik.
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama bergerak menyatukan diri dalam barisan terdepan dengan kesiqahan dan keistiqamahan dalam kebenaran karena sesungguhnya faktor utama kekalahan dan melemahnya peran umat Islam bukanlah terletak pada kuatnya pihak musuh-musuh Islam, tetapi lebih disebabkan oleh melemahnya kekuatan umat Islam yang diakibatkan oleh perbuatan kemaksiatan yang dilakukan. Kemaksiatan terbesar terutama berupa sikap menyekutukan Alloh Swt dalam berkehidupan serta tidak memperdulikan lagi atas berbagai aturan (syari’at) yang diperintahkan-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H