Mohon tunggu...
Humaniora

Asumsi Masyarakat terhadap Pendidikan

13 Juni 2015   06:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang krusial, sangat diperlukan oleh masyarakat untuk terjun ke ranah global. Seperti yang kita ketahui, ranah global adalah “kawasan” modern yang ditandai dengan berkembangnya teknologi. Saat ini perkembangan teknologi menjadi puncaknya peradaban. Di mana hampir di setiap sisi kehidupan, kita memanfaatkan hasil dari teknologi itu.

Mengapa pendidikan menjadi sesuatu yang penting? Manusia hidup pastilah berkebutuhan. Kita memiliki banyak kebutuhan yang harus dipenuhi demi menunjang kehidupan. Pendidikan menjadi sesuatu yang penting karena kita membutuhkannya. Seperti pendapat para ahli dan juga terdapat dalam tujuan nasional pendidikan, pendidikan dibutuhkan salah satunya adalah untuk menciptakan manusia yang berkarakter. Pertanyaan yang timbul adalah apakah semua orang menganggap pendidikan itu penting? Pertanyaan ini saya ketahui jawabannya ketika saya bersama kawan-kawan mengadakan sharing dan diskusi bersama para pemuda (karang taruna) di suatu desa. Saat itu ada diantara mereka yang mengatakan bahwa minat orang-orang di desa tersebut tergolong rendah terhadap pendidikan. Kebanyakan dari mereka hanya mengindahkan program WAJAR 9 tahun saja. Bahkan masih ada yang hanya lulusan jenjang pendidikan dasar. Mereka lebih suka bekerja, karena menurut mereka bersekolah maupun tidak bersekolah itu sama saja ending-nya untuk mendapatkan pekerjaan. Sedangkan sekarang ini mereka sudah bisa bekerja dan nyaman dengan itu. Terkait dengan hal tersebut, saya jadi tahu bahwa memang masih banyak orang-orang yang berasumsi bahwa pendidikan itu tidak terlalu penting.

Dapat dikatakan bahwasanya banyak faktor-faktor yang menyebabkan adanya kondisi tersebut. Dan biasanya faktor ekonomilah yang menjadi alasan bagi mereka. Kebanyakan anak-anak putus sekolah karena beranggapan biaya sekolah itu mahal, orang tua tidak sanggup membiayai mereka bersekolah, atau bahkan ada yang menjadi tulang punggung keluarga sehingga mengharuskan mereka untuk bekerja. Keadaan seperti ini telah menjadi fenomena di negara kita. Padahal kalau mau berusaha pun, masalah biaya bukan hambatan bagi seseorang untuk melanjutkan pendidikannya.

Hal ini membuktikan bahwa masih banyak orang belum mengerti secara jelas tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Kebanyakan masyarakat merasa cukup hanya dengan memiliki sandang, pangan, papan, sehingga tidak mengharuskan anak cucu mereka meraih cita-citanya dan anak-anak sudah pasti tunduk patuh dengan kemauan orang tuanya.

Anggapan lain yang sering saya dengar adalah “Yang patut mendapat pendidikan tinggi-tinggi adalah kaum adam, karena mereka harus menghidupi keluarganya kelak. Sedangkan perempuan, buat apa? Toh, akhirnya di dapur.”

Yang mengatakan hal semacam itu sudah pasti bukan hanya belum mengerti arti pendidikan secara jelas, tetapi juga belum mengetahui sejarah negara sendiri, Indonesia. Betapa banyaknya kaum hawa yang turun tangan dalam hal kemedekaan, memerdekakan yang dianggap terbelakang, terutama dalam hal pendidikan masa dahulu.

Kembali lagi, ketidaktahuan tentang hal itu, juga karena kurangnya pendidikan. Hal ini juga menjadi salah satu permasalahan pendidikan yang harus ditangani dengan tepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun