Mohon tunggu...
Hanna Syafwatul
Hanna Syafwatul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mencoba hal baru

Mencoba hal baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Realita dari Cerpen "Robohnya Surau Kami" karya A.A Navis

11 September 2021   12:11 Diperbarui: 11 September 2021   12:19 3386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Cerita pendek “Robohnya Surau Kami” merupakan salah satu karya terkenal dari seorang sastrawan asli Minangkabau yaitu Ali Akbar Navis atau yang dikenal dengan nama A.A Navis. Cerita pendek “Robohnya Surau Kami” ini diterbitkan pada tahun 1955 oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Berkat cerpen ini, A.A Navis mulai dikenal di dunia sastra di Indonesia.

Cerpen “Robohnya Surau Kami” ini menceritakan seorang garin surau atau penjaga surau yang biasa dipanggil Kakek. Ia hidup sebatang kara dan hidup dari pemberian orang lain. Sejak muda ia telah mengabdi untuk menjaga surau, bahkan ia tidak memiliki istri dan anak. Yang ia lakukan hanya beribadah kepada Tuhan. Sampai disaat tokoh Ajo Sidi yang dikenal sebagai ‘Si Pembual’ datang kepada si Kakek untuk berbincang mengenai kisah Haji Saleh yang diakhirat dikisahkan  masuk neraka. Kisah yang disampaikan Ajo Sidi membuat Kakek gusar. Dalam kisahnya, Haji Saleh dimasukan ke neraka. Haji Saleh merasa tidak terima masuk ke dalam neraka karena menurutnya ia adalah orang yang rajin beribadah dan bahkan tidak pernah meninggalkan kewajiban dari tuhannya. Kemudian Haji Saleh dan teman-temannya yang juga dimasukan kedalam neraka datang menuntut kepada Tuhan atas semua ibadah yang dilakukannya. Alasan mengapa Haji Saleh dan teman-temannya dimasukan kedalam neraka tak lain karena selama hidupnya, Haji Saleh hanya memikirkan masalah akhirat tanpa menyeimbangkan dengan hal duniawi. Bahkan harta bendanya pun ia tidak peduli, yang Haji Saleh pikirkan hanyalah beribadah kepada Tuhan. Hingga anak cucunya hidup melarat walaupun pintar dalam urusan agama. Hal yang Haji Saleh pikirkan bagaimana kehidupannya di akhirat dan tidak sedikit pun memikirkan kehidupan keturunannya dalam kemelaratan. Karena itulah Tuhan memasukkan Haji Saleh ke dalam neraka.

Setelah mendengar cerita dari Ajo Sidi mengenai Haji Saleh. Kakek Garin ini bimbang dan gusar. Memikirkan selama hidupnya ia melakukan hal yang sia-sia hanya beribadah kepada Tuhan tanpa berusaha di dunia. Kakek Garin tertekan dan tidak kuat memikirkan cerita dari Ajo Sidi tersebut. Keesokan harinya Kakek Garin ditemukan meninggal dengan menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematian Kakek ini sangat mengejutkan masyarakat sekitar, namun Ajo Sidi menyikapinya dengan membelikan 7 lapis kain kafan dan pergi untuk bekerja.

Pada cerpen Robohnya Surau Kami ini  memberikan pelajaran bahwa pentingnya melaksanakan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Seperti yang dikatakan dalam Hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar yang artinya “ Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok pagi”. Dalam hadist ini dapat disimpulkan kita bekerja untuk mendapatkan keperluan duniawi seperlunya sehingga kita diajak berpikir untuk hidup selamanya, dan beribadah semaksimal mungkin seperti tidak ada hari lain untuk beribadah kepada Tuhan.

Namun pada kehidupan masyarakat saat ini, tidak hanya banyak orang yang hanya mementingkan kehidupan duniawi-nya tanpa memikirkan akhiratnya. Namun juga ada sebagian orang yang hanya mementingkan kehidupan akhiratnya saja yang tanpa mementingkan kehidupan dunianya. Seperti yang digambarkan pada cerpen Robohnya Surau Kami ini. Orang yang tidak menikmati kenikmatan duniawi yang telah diciptakan sedemikian rupa oleh Tuhannya, dan tidak peduli terhadap anak istri serta lingkungannya, cukup banyak terjadi di masyarakat dewasa ini.

Realitas lain yang terjadi di lingkungan tempat tinggal penulis sempat didatangi oleh sekelompok orang yang meninggalkan dunianya dan berfokus kepada akhirat. Sekelompok orang ini terdiri oleh orang orang biasa dan bahkan ada diantaranya orang-orang yang bekerja sebagai pegawai, pekerja bank yang meninggalkan pekerjaannya demi mengejar akhirat.  Hal yang mereka lakukan adalah hanya mengaji, berzikir dan biasanya setelah sholat, mereka berkumpul dan seorang kepala dari kelompok tersebut akan memberikan ceramah kepada anggota kelompoknya yang lain. Bahkan  tak jarang mereka juga mendatangi rumah-rumah masyarakat untuk mendakwahkan atau memberikan pelajaran-pelajaran mengenai agama. Namun , bagi sebagian orang hal ini mungkin sedikit menganggu. Karena bisa saja kelompok ini membawa pengaruh terhadap orang yang mendengar untuk ikut meninggalkan segala urusan dunia dan ikut kelompok tersebut untuk mengejar akhirat. 

ada salah seorang dari anggota kelompok tersebut yang sebelumnya keluar dari pekerjaanya dan mengejar urusan akhirat, kembali bekerja kantoran  seperti sebelumnya. Hal ini dapat terjadi jika dia memiliki akal yang panjang dan iman yang kuat sehingga ia dapat memperbaiki diri dan mulai berusaha menyeimbangkan urusan dunia dan urusan akhirat sebagaimana yang diperintahkan Tuhan, berbanding terbalik dengan yang dilakukan tokoh Kakek Garin di cerpen Robohnya Surau Kami yang langsung putus asa dan memutuskan untuk mengambil jalan pintas yaitu menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun