Matahari belum meninggi ketika Nuey dan kawan-kawannya Dwi serta Herry berlari menuju danau di ujung perumahan mereka. Nuey yang akrab dipanggil Nunu adalah bocah tampan dan lugu. Keakraban antar mereka terjalin karena seringnya bersenda gurau dan bermain bersama termasuk menjalankan hobi yang salah tiganya adalah memancing.
Di antara ketiga serangkai tersebut yang menjadi kepala geng adalah Herry dengan nama panggilan lain Gori. Teman-temannya memanggil Geboy seperti penampilannya yang asoy geboy (asik banget). Sebagai kepala geng Geboy sudah teruji cakap dalam berbagai hal dan sangat bisa diandalkan kawan-kawannya. Dwi, selain murah senyum juga murah kantong untuk tiap-tiap urusan keperluan kebersamaan mereka.
Pagi ini mereka berencana memancing di danau Subarkah. Konon menurut cerita dari mulut ke mulut danau tersebut terkenal banyak ikannya dan tidak sulit mendapatkan ikan yang bagus dan besar. Yeah… mungkin itu sebabnya danau tersebut dijuluki Subarkah sesuai namanya yang memberi berkah bagi pengunjungnya.
Sebelum berangkat, Nunu teringat pesan ibunya untuk berdoa meminta pertolongan Yang Maha Kuasa agar diberikan kemudahan dan keberhasilan dalam setiap langkahnya. Kedua orang tua Nunu adalah orang yang taat beribadah dan selalu mengajarkan nilai positif agar anak-anak mereka kelak menjadi orang yang berhasil dan taat, bukan hanya kepada orang tua tapi juga taat beribadah.
Singkat cerita tibalah mereka di danau dan mereka memutuskan menggunakan 2 perahu yang berbeda, jadi berpencarlah mereka. Nunu yang percaya diri (pede) menggunakan perahu seorang diri, sementara kedua kawannya Geboy dan Dwi bergabung di perahu satunya lagi. Dwi yang tidak pandai berenang memutuskan bergabung dengan Geboy. Pertimbangan Dwi seandainya perahu bermasalah, ia bisa mengandalkan Geboy. Sementara Nunu yang pede berharap mendapat ikan seperahu penuh untuk dibawa pulang, bukan hanya sebagai hadiah kebanggaan bagi ke dua orangtuanya namun juga akan diberikan sebagian kepada Aira, gadis manis tetangga seberang rumah yang sedang didekatinya.
Namun pagi ini ternyata ikan-ikan tidak bersahabat dengan Nunu. Ia nampaknya frustasi setelah setengah hari belum mendapatkan ikan. Sementara ke dua kawannya tak terlihat lagi batang hidungnya. Tanpa sengaja Nunu melihat seorang pemancing di perahu yang berdekatan dengannya sedang membuka kotak peralatannya dan mengeluarkan sebuah cermin. Karena penasaran, Nunu mendekatkan perahunya ke pemancing itu dan bertanya,”Pak, cermin itu untuk apa?”
“Wow hebat…. bapak siapa namanya?”
“Panggil saya abang Agil saja dik”
“Baiklah bang, bagaimana cara menggunakan cermin itu?” tanya Nunu lagi.
“Arahkan saja cermin itu di atas air. Ikan-ikan akan melihat cahaya matahari yang di cermin itu di permukaan air. Lalu, saya akan menangkap ikan-ikan itu dengan jaring dan menariknya ke dalam perahu”, lanjut abang Agil dengan meyakinkan.