Mohon tunggu...
Hanna Chandra
Hanna Chandra Mohon Tunggu... lainnya -

Bernafaslah selagi gratis, tersenyumlah selagi tiada larangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jawaban Atas Fenomena Unfriend

9 Desember 2014   19:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:41 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alih-alih menulis politik, yang sarat dengan tandingan akhir-akhir ini, saya pun terpicu membuat tulisan tandingan. Tidak tanggung-tanggung, seorang dosen Unhas kawakan, bang Dosmand begitu panggilan gaulnya, pernah menuangkan dalam artikelnya “Kenali diri, cara jitu menyikapi unfriend...” membuat saya tertarik membuat sekuel lanjutnya. Meski bukan berlabel setara pakar psikolog, yang jadi makanan sehari-hari si abang di ujung timur sana, ijinkan saya membagi beberapa pengalaman di-unfriend oleh seseorang yang tentu tak etis bila kusebutkan namanya. Apa sih unfriend itu?

Dalam bahasa kerennya unfriend itu berarti tidak lagi berteman atau dihapus pertemanannya. Bisa berupa pertemanan di medsos (dunia maya) maupun dunia nyata.

Bagi beberapa orang yang sudah sangat akrab berteman, di unfriend itu konon sakitnya tuh tuh disini (Cita Citata mode on). Bagi saya sendiri cukup mengagetkan sih iya, tapi tidak sampai membuat saya mengisi hari-hari dengan kesedihan dan kekecewaan tak habis-habis, apa pasalnya?

Seperti pesan ngilmiah bang dosen, kenali diri dan coba evaluasi (instropeksi diri) apakah ada sesuatu hal yang menyakitkan entah dari ucapan, tindakan, sikap dan perbuatan kita yang membuat si dia meng-unfriend? Memang keputusan untuk berteman atau tidak dengan seseorang merupakan hak tiap individu yang bernama mahluk sosial, yang sejatinya butuh berteman dan bersosialisasi. Yang tadinya bercanda gurau, berhaha hihi, berbagi cerita sedih maupun galau, senang maupun suka, susah maupun duka, hopla! mendadak diputus sepihak, sakitkah?

Berikut kukutip secuplik kalimat sang dosen yang menyejukkan sbb: Yakini bahwa manusia yang gemar menghapus-hapus pertemanan, ada motif kejiwaan yang belum harmoni di sana. Lekas atau lelet, dia akan insyaf, menyadari dirinya bahwa itu perilaku negatif. Dengan catatan bahwa Anda orang yang baik, humanis dan tak suka bersinggungan secara berlebihan. Cukupkah menghibur kawan? Bagiku itu jadi tanya tak terjawab.

Setelah melewati beberapa peristiwa dan kembali teman saya mengalami hal yang sama, akhirnya saya menemukan beberapa jawaban bagaimana menyikapi fenomena unfriend tsb. Yuk cekidot dengan hati tentram dan damai..

  1. Bersikap dewasa dan jangan membalas

    Semuda apa pun usia kita, belajarlah bersikap dewasa dengan tidak balas-membalas. Sadarilah pada waktunya nanti si dia akan menyadari bahwa itu perilaku negatif. Mungkin saja ia mengalami hal yang sama dari orang lain jika terbiasa melakukan unfriend tanpa sebab. Dengan belajar tidak membalas perlakuan si dia sesungguhnya kita menang dalam kedewasaan bersikap. Sebisa mungkin jangan mudah melakukan unfriend.

  2. Sabar dan hadapi dengan senyum

    Jika hati kita panas, kekalahan sudah membayang di muka. Berkaca dengan sikap si dia terhadap kita, jadikan itu contoh buruk dan berjanjilah untuk selalu menjauhi sikap yang buruk itu. Kerendahan hati adalah kunci kesabaran yang paling ampuh. Bisa jadi kita termasuk orang berjiwa besar jika bisa melewati ketidaknyamanan sesaat itu. Dengan begitu, kita bisa berterimakasih karena dia berhasil membuat diri kita selangkah lebih baik daripada si dia.

  3. Lupakan dan move-on lagi

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun