Mohon tunggu...
Hanna Chandra
Hanna Chandra Mohon Tunggu... lainnya -

Bernafaslah selagi gratis, tersenyumlah selagi tiada larangan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Empati Warga Pangkalan Bun di Malam Tahun Baru

1 Januari 2015   13:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:02 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14200791101416556683

[caption id="attachment_387619" align="aligncenter" width="624" caption="Sejumlah lilin elektrik yang dibawa warga saat berlangsungnya penyelenggaraan Jakarta Night Festival, Rabu (31/12/2014). (Kompas.com/Alsadad Rudi)"][/caption]

Kemeriahan menyambut malam Tahun Baru usai sudah. Di berbagai tempat paling tidak terdengar letupan petasan dengan bunyi dan hiasan warna warni bak menari di angkasa seakan berlomba menunjukkan keindahan di gelapnya malam pergantian hari. Juga beragam kembang api dinyalakan seolah kemeriahan itu tak boleh dilewatkan dalam kegembiraan menyongsong tahun yang baru. Suara terompet bersahut-sahutan seperti ingin menyampaikan pesan kegembiraan pergantian tahun.

Mengawali hari pertama di tahun 2015 yang baru ini, saya ingin menyampaikan Selamat Tahun Baru kepada rekan-rekan kompasianers. Kiranya di tahun yang baru ini kita semua terus bersua dan menemukan hal-hal positif dalam interaksi bersama di rumah Kompasiana yang penuh dengan riuh rendah canda gembira, gelak tawa dan keceriaan serta semangat terbarukan. Yang tidak enak gak usah disebut lha yach, mari mulai dengan lembaran baru, hati yang baru, dan semangat yang baru.

Ketika membaca dan melihat peliputan kemeriahan malam Tahun Baru, saya cukup terhenyak ada satu tempat di mana malam tahun baru cukup dilalui dengan doa bersama dan menyalakan lilin pertanda dukungan bagi mereka yang sedang berduka. Yap... itu terjadi di Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah, tepatnya di Pangkalan Bun.

Tempat di mana ditemukannya beberapa korban pesawat Air Asia QZ8501 yang menghilang sejak 28 Desember 2014 yang lalu.

Tempat di mana ada ratusan penumpang yang berjibaku dalam ketidakberdayaan melawan musibah yang terjadi dengan cepat dan tak terelakkan.

Tempat di mana penduduknya tidak mengalami, tetapi memberikan rasa empati yang sangat mendalam dan dukungan bagi keluarga yang sedang berduka. Berita terkait ada di sini.

Saya kagum sekali dengan penduduk kota ini, apa yang mereka lakukan sangat mudah dan sederhana, bukan? Meskipun bukan warga mereka yang mengalami, tapi hati mereka larut di dalamnya. Ketika mengetahui ada musibah terjadi di kota mereka, jiwa kemanusiaan tersentak. Ketika saudara sebangsa susah, hati mereka turut berduka. Walau terlihat sederhana, apa yang mereka lakukan sangat berarti, biarlah menginspirasi kita lebih mengedepankan orang lain ketimbang pribadi sendiri.

Beberapa pernyataan berikut biarlah menjadi perenungan kita dalam memasuki tahun yang baru;

·Hidup adalah tantangan, hadapilah dengan penuh keberanian

·Hidup adalah perlombaan, berjuanglah untuk mencapai kemenangan

·Hidup adalah tugas, tunaikanlah dengan baik dan tuntas

·Hidup adalah pemberian, hargailah dengan hati yang bersyukur

·Hidup adalah tekateki misterius, tebakan apa pun takkan memuaskan hati

·Hidup adalah kenyataan yang pahit, telanlah dengan linangan air mata

·Hidup adalah penderitaan, bersiaplah untuk memikul banyak derita

·Hidup adalah sandiwara, berperanlah dengan berbagai topeng lakon

·Hidup adalah cinta, terimalah dan bagikanlah kepada orang lain

·Hidup adalah keindahan, kagumilah dan nikmatilah dengan kegembiraan

·Hidup adalah lingkaran, lahir-besar-dewasa-bekerja-menikah-tua-mati

·Hidup adalah kesempatan, pergunakanlah dengan bijaksana

Apakah arti hidup kita? Adakah salah satu dari ke-12 pernyataan di atas menggambarkan perjalanan dan perjuangan hidup yang kita alami? Pernyataan mana yang paling tepat dengan falsafah hidup kita?

Menutup tulisan singkat saya, marilah kita menjalani tahun yang baru dengan lebih bersukacita karena kita dapat melewatinya, lebih bersyukur karena masih diberikan kemampuan, lebih bertekad semakin baik sebagai bagian resolusi hidup yang akan dilalui. Selamat Tahun Baru 2015!

Kepada keluarga korban penumpang Air Asia QZ8501 saya menyampaikan rasa dukacita mendalam. Kiranya dua hal menyedihkan yang menutup penghujung tahun 2014 (bencana longsor Banjarnegara dan jatuhnya pesawat Air Asia QZ78501) menyadarkan kita bahwa hidup manusia terbatas, sehingga kita harus senantiasa mawas diri dan memedulikan sesama, karena itulah jiwa humanisme yang harus tetap terpatri.

Selamat pagi Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun