Mohon tunggu...
Hanna Chandra
Hanna Chandra Mohon Tunggu... lainnya -

Bernafaslah selagi gratis, tersenyumlah selagi tiada larangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajarlah dari Kerendahhatian Pak Jokowi

17 Oktober 2014   22:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:38 2022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cairnya kebuntuan politik (senyum kemenangan)

Jelang 3 hari (H-3) pelantikan Jokowi sebagai presiden Republik Indonesia ke-7, beliau tanpa sungkan dan gengsi menemui mantan rivalnya pada Pilpres yang lalu, Bapak Prabowo Subianto. Padahal dalam kapasitas sebagai seorang Presiden yang tentu sarat dengan tugas dan tanggung jawab yang besar yang harus dipersiapkan secara matang, beliau mengesampingkan semua urusan dan menganggap jauh lebih penting mendapat dukungan pak Prabowo, baik dalam pelantikannya maupun kepemimpinannya kelak. Momen tersebut bukan saja menjadi momen berharga bagi seorang Jokowi, tapi menjadi momen yang dinanti masyarakat Indonesia bagaimanakah Prabowo menyikapi pertemuan tersebut?

Santer terdengar rencana Prabowo menolak hadir dalam pelantikan Jokowi-JK pada 20 Oktober nanti. Tetapi dengan sikap rendah hati Jokowi menemui sekaligus menyampaikan selamat ulang tahun bagi pak Prabowo, memecahkan kebuntuan politik selama ini. Dan momen berharga tersebut juga menjadi kesempatan bagi Prabowo mengakui dan menyampaikan selamat bagi kemenangan Jokowi sebagai presiden terpilih ke-7. Apa yang bisa kita petik dari sikap Jokowi menemui Prabowo?

1.Jokowi mengesampingkan posisi tawar sebagai pihak yang lebih berkuasa. Pak Jokowi merasa perlu menjalin persahabatan dengan semua pihak. 1000 kawan terlalu sedikit, sementara 1 musuh terlalu banyak. Satu ungkapan pribahasa yang pernah terlontar dari mulut Prabowo dalam debat capres yang lalu, tapi dengan bijaksana dilakukan seorang Jokowi dengan menemui Prabowo. Ada saatnya beroposisi, ada saatnya berkooperasi. Ada saatnya bertanding, ada pula saatnya bersanding. 2 thumbs up for you Mr. President!

2.Jokowi tahu keterbatasannya dan menyadari bahwa dia butuh dukungan yang kuat bagi tugas dan tanggung jawabnya sebagai Presiden RI berikutnya. Apa yang dialami dan terjadi pada pemerintahan SBY pasti menjadi cermin bagi Jokowi. Apa yang terjadi pada pemilihan kelengkapan badan anggota DPR/MPR pasti jadi penilaian bagi Jokowi bagaimana beliau harus menjalin kerjasama yang baik agar pemerintahannya mendapat dukungan bukan rongrongan. Sehingga dengan sikap merakyat dan rendah hati beliau mendahului berkunjung ke kediaman pak Prabowo.

3.Jokowi tidak menggunakan cara top down tapi come down (turun ke bawah). Meskipun secara status seharusnya Jokowi yang notabene presiden bisa kelak mengatur pertemuan tapi beliau menggunakan waktu yang terbatas untuk menemui Prabowo dan sekaligus mata rakyat memandang betapa ada sikap kerendahhatian seorang pemimpin bangsa, memecahkan kebuntuan politik dengan sikap elegan menemui mantan rivalnya. Apa yang dilakukan Jokowi sekaligus menunjukkan bahwa beliau memang tidak pernah menganggap Prabowo sebagai musuh, justru sebaliknya sahabat dalam berkompetisi seperti pernyataannya pasca penetapan MK sebagai presiden terpilih.

[caption id="" align="alignnone" width="617" caption="cairnya kebuntuan politik (senyum kemenangan)"][/caption]

Sikap Jokowi bukan saja menunjukkan sikap seorang pemimpin yang cerdas dalam menyelesaikan setiap masalah dan perbedaan tapi menjadi teladan bagi kita dalam menyikapi setiap persoalan. Dahulu negara kita terkenal sebagai bangsa yang ramah tamah meskipun dengan latar belakang dan kebudayaan berbeda-beda (Bhinneka Tunggal Ika) tetapi dikenal sebagai bangsa yang santun dan memegang adat ketimuran yang berbudaya. Lambat laun sikap santun dan adat ketimuran berganti menjadi sikap beringas dan berlomba menjadi yang terhebat.

Sikap low profile dari Jokowi yang tidak melawan kekerasan dengan kekerasan tetapi sebaliknya dengan rendah hati menyikapi perbedaan dengan menemui Prabowo bukan saja menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia, tetapi sekaligus simbol harapan bagi bangkitnya Indonesia Hebat di bawah kepemimpinan beliau. Belum dilantik pun tak kurang dari media massa internasional menyambutnya sebagai 'A New Hope' sebagaimana dikutip majalah Time, dan beberapa media asing lainnya. Bahkan para utusan luar negeri berdatangan menemui beliau sebelum pak Jokowi disibukkan dengan urusan kepresidenan yang akan disandangnya kelak.

Sikap Jokowi ini sebenarnya dapat diterapkan dalam semua hal, termasuk kehebohan yang terjadi di Kompasiana akhir-akhir ini dalam mengungkap kebohongan dunia maya. Jika Jokowi bisa, mengapa kita tidak?

Selamat siang Indonesia

*sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun