Dizaman digitalisasi yang semakin modern ini, semakin gampang bagi kita untuk menyebarluaskan informasi dengan cepat ataupun mencari informasi yang kita butuhkan dengan mudah. Tetapi perlu diketahui, banyak juga dampak negative dan positif yang diperoleh dari hal tersebut. Hal positif yang didapat adalah, kita tidak perlu mencari informasi yang dibutuhkan dengan susah payah, cukup memasukan kata kunci dari informasi yang dibutuhkan dan dengan cepat internet memunculkan informasi yang sekiranya akurat dengan yang kita cari. Banyak juga dampak negative yang didapat dari hal ini, salah satunya adalah, banyak informasi yang tersebarluaskan di internet tanpa adanya konfirmasi kebenaran dari informasi tersebut. Jika kita tidak bijak dalam membaca dan mencari tau dari segala sisi informasi, maka kita bisa saja termakan oleh informasi yang tidak benar dan tidak adanya konfirmasi benar salah dari informasi tersebut. Untuk mempublikasi informasi baru dan berita di internet, tidak dibutuhkan lagi informasi akurat benar salah dari informasi tersebut. Dengan gampang, penulis dapat mengupload informasi yang ia punya ke berbagai sosial media platform dan dengan mudah ditelan oleh masyarakat begitu saja.
Dilansir dari hasil survey KIC, ada sebanyak 60% dari masyarakat Indonesia yang menelan berita hoax di internet. Banyak sekali dari masyarakat Indonesia yang menelan informasi begitu saja dari internet tanpa mencari kebenarannya. Alhasil, hampir separuh dari masyrakat Indonesia termakan berita hoax. Dapat disimpulkan bahwa, masyarakat Indonesia sendiri mengalami yang namanya minim literasi. Akibat malas membaca berita yang panjang dan banyak kata-kata, maka dengan gampang langsung menyimpulkan berita tersebut hanya dari awal judul ataupun dari komentar netizen yang asal mengungkapkan kata-kata. Sebanyak 60% masyarakat Indonesia yang termakan hoax, dikarenakan juga karna masyarakat Indonesia gampang terpengaruhi oleh komentar-komentar Singkat dari internet yang ditulis oleh natizen sendiri tanpa mencari tau lebih lanjut mengenai komentar tersebut. Karena rasa malas yang tinggi untuk membaca, menjadikan lebih memilih untuk menelan informasi yang didapat secara mentah-mentah.
Dilansir dari Diskominfo-Kaltim (prabawati 2021) "Masyarakat jangan menelan abis informasi apapun, biasakan di telaah dulu, dikrocek dengan sumber-sumber informasi yang baik dan benar," ungkap Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Kaltim, Muhammad Faisal usai Press Conference pelaksanaan vaksin Covid-19, di Ruang Ruhui Rahayu, Kantor Gubernur Kaltim, Rabu (13/1) ada baiknya kita mencari kebenaran dari informasi yang kita dapat. Menelaah dan mencari kebenaran dari informasi yang didapat dapat menghasilkan dampak yang baik bagi kita semua. Dengan tidak adanya miskomunikasi, maka kesejahteraan dalam masyarakat dapat dirasakan. Dengan mendapatkan informasi yang berbeda-beda, justru dapat mengakibatkan kegaduhan dalam masyarakat sendiri. Akibat berbeda pendapat dan pandangan dari masing-masing berita yang didapat di internet tanpa mencari tau kebenaran dari berita tersebut.
Dilansir dari perpustakaan Amir Machmud (2021) berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019. Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Dengan hal ini otomatis masyarakat Indonesia di cap sebagai negara yang rendah akan literasi, justru ini akan berdampak bagi kesejahteraan masyarakatnya sendiri. Akibat malas berliterasi mengakibatkan masyarakatnya yang kurang update dan tidak mengikuti perkembangan atau informasi terbaru yang sedang dihadapi oleh negaranya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H