[caption id="attachment_101999" align="aligncenter" width="400" caption="Illustrasi"][/caption]
Untuk kesekian kali rakyat Indonesia dikejutkan dengan munculnya aksi bunuh diri dengan menggunakan bom yang dilakukan oleh seseorang yang masih belum diketahui identitasnya di dalam masjid At-Taqwa Polres Cirebon yang mengakibatkan sejumlah 25 orang jamaah mengalami luka-luka termasuk Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco.
Menurut keterangan yang diambil dari beberapa saksi mata, peledakan tersebut terjadi sangat cepat dimana saat seluruh jamaah sedang bersiap diri melakukan shalat Jum’at. Pelaku pengeboman yang saat itu diketahui sedang mengenakan jaket hitam seusai menyandarkan diri dipintu masjid tiba-tiba menyerobot masuk kedalam barisan tengah para jamaah dan kemudian meledakkan diri. Hal tersebut kontan saja membuat seisi masjid panik dan berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri.
Pasca kejadian bom bunuh diri tersebut Polri segera mengolah TKP dan menerbangkan jenazah pelaku pengeboman ke RS Polri Kramat Jati untuk penyelidikan lebih lanjut. Meski mengalami luka parah di punggung, wajah korban masih dapat dikenali dengan baik untuk dilakukan identifikasi.
Entah sampai kapan rakyat Indonesia rakyat Indonesia akan mengalami hal seperti ini dengan masih aktifnya jaringan-jaringan teroris di Indonesia yang sasarannya tidak dapat dipastikan arahnya.
Menurut beberapa pengamat, saat ini Indonesia sedang mengalami fase-fase perpecahan yang dibidani oleh jaringan atau kelompok tertentu dengan cara menggoyang keamanan dan stabilitas pemerintahan. Diketahui beberapa waktu yang lalu kita di kagetkan adanya penyerangan terhadap gereja umat nasrani oleh sekelompok orang tak dikenal, kemudian munculnya isu-isu Dewan Revolusi Islam (DRI) dengan memasukkan beberapa nama-nama tokoh mantan Jenderal TNI (Purn) oleh Sekjen FUI Muhammad Al Khattath, dan sekarang ini kembali munculnya serangan bom bunuh diri yang mengakibatkan beberapa orang jamaah masjid mengalami luka-luka serius.
Tentu saja dengan adanya serangkaian kejadian ini Intelijen dan seluruh perangkat Negara bisa dipastikan akan bekerja ekstra untuk meminimalisir tingkat ancaman yang semakin hari semakin membahayakan eksistensi Negara sebagai Negara demokrasi yang berdaulat.
Disintegrasi bangsa tidak harus perpecahan secara fisik dengan pemerintahan yang sah akan tetapi bisa juga secara pikiran, yang mana tujuannya adalah mengkotak-kotakkan masyarakat untuk saling curiga antara satu dengan yang lainnya. Hal ini tentunya sangat berbahaya karena dengan timbulnya rasa saling tidak percaya diantara masyarakat akan memicu permusuhan secara besar-besaran yang dapat melibatkan ormas-ormas lainnya.
[caption id="attachment_102000" align="aligncenter" width="400" caption="Kerusuhan massa"][/caption] Kita tentu masih ingat tentang tragedi Poso tahun 2005 dimana umat Muslim dengan umat Kristiani di adu domba sehingga terjadi permusuhan yang diwarnai berbagai bentrokan fisik yang mengakibatkan puluhan orang tewas serta ratusan lainnya mengalami luka-luka. Akankah hal tersebut terulang kembali ? tentu saja tidak ada yang mengharapkannya.
Negara kita terdiri dari berbagai suku, ras, agama dan golongan sehingga sangat rentan di pecah oleh sekolompok manusia dengan menggunakan model SARA. Dan kurangnya keyakinan yang dimiliki masyarakat kita tentang jalan hidupnya juga akan mempermudah bagi orang lain untuk memperalatnya demi keuntungan kelompok semata…
Berbagai krisis sudah sering menimpa kita dan sedikit demi sedikit mampu kita lewati bersama, tapi kali ini adalah krisis yang luar biasa dampaknya dan akan selalu mengintai kita dimana saja selama kita masih lengah yaitu krisis Kepercayaan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H