Mohon tunggu...
Right Man
Right Man Mohon Tunggu... profesional -

Selalu tertarik dengan hal – hal baru dan eksis dalam kesederhanaan. Menulis adalah kebutuhan!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Polda DIY Tersudutkan, Densus 88 Masuk Menggelar Operasi Intelijen

25 Agustus 2013   20:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:49 7124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1377435268213950203

[caption id="attachment_261468" align="aligncenter" width="605" caption="Berbagai elemen masyarakat Jogja berorasi menyampaikan tuntutannya"][/caption]

Sekali lagi, warga jogja kembali menuntut pihak Pengadilan Militer II-11 Jogja untuk tidak memecat Serda Ucok Simbolon, Koptu Kodik dan Serda Sugeng Sumaryanto serta melepaskan 9 prajurit Kopassus lainnya.  Warga Jogja dengan didukung elemen Kokam, FKPPI, SAR, Sardulo Seto, GAM, Granat, Paksikaton, Paguyuban tukang becak dan lain sebagainya turun kejalan kemudian memblokade jalur ring road depan Dilmil II-11 Jogja agar tuntutannya di penuhi. Selain ormas, seluruh paguyuban lurah, kepala dusun serta beberapa kyai sejumlah Pondok Pesantren di wilayah Jogja juga turut memberikan dukungannya dalam bentuk tulisan dan tanda tangan. Setelah memblokade jalan ring road, masyarakat jogja kemudian menuju Polda DIY menuntut di bukanya kembali kasus pembunuhan Serka Heru Santoso di Hugos Kafe. Warga Jogja mempertanyakan kenapa Polda DIY tidak mau membuka kasus pembunuhan anggota Kopassus tersebut dan seolah – olah sedang menutupi sesuatu.

Jogja Memanas Mendekati Sidang Putusan 12 Prajurit Kopassus

Dukungan yang begitu besar dari warga Jogja terhadap 12 prajurit Kopassus ditambah dengan ketidak pastiannya kasus Hugos Kafe oleh pihak Polda DIY akan membuat Jogja semakin memanas dan berpotensi tidak kondusif. Apalagi saat ini sudah mendekati sidang putusan yang akan menentukan nasib ke 12 prajurit terbaik komando tersebut tanggal 5 September 2013 mendatang. Sudah dua kali warga Jogja menduduki ring road dan memblokadenya sehingga membuat sejumlah arus jalan raya di alihkan ke jalur lain. Dalam tuntutannya warga Jogja sangat berharap ke 12 prajurit tersebut di bebaskan karena telah dianggap melakukan hal yang benar bagi warga Jogja yaitu membersihkan Jogja dari aksi premanisme dan mencairkan hukum yang sudah dianggap beku (tidak berjalan maksimal). Setelah itu warga jogja mendatangi Polda DIY menuntut membuka kembali kasus Hugos Kafe dan mentransparansi proses hukumnya agar diketahui publik.

Selain itu beredarnya rekaman CCTV pembunuhan Serka Heru Santoso di Hugos Kafe  melalui media Youtube juga turut menyumbang kegeraman warga Jogja. Pasalnya dalam rekaman CCTV tersebut telah terbukti bila pelakunya tidak hanya 4 orang seperti yang disebutkan Anggota Komisi III DPR Nudirman Munir dan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda DIY Kombes Kris Erlangga melainkan lebih dari 8 orang. Warga Jogja menuding Polda DIY telah bersikap tidak netral dan berusaha menghilangkan beberapa barang bukti seperti CCTV serta menyembunyikan beberapa pelaku pembunuhan yang terekam pada CCTV.

Dibawah ini adalah pernyataan yang pernah disampaikan oleh Anggota Komisi III DPR Nudirman Munir dan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda DIY Kombes Kris Erlangga.

1. Pernyataan Komisi III DPR Nudirman Munir yang mengaku telah melihat CCTV rekaman di Polda DIY

“...Juan dan Allen yang berada di tempat tersebut berusaha melerai. Saat dilerai, Deki tiba-tiba menikam Santoso dari belakang. Rekannya yang lain memecahkan botol dan memukul Santoso..”

“...Kalau saya perhatikan hanya mereka berempat saja yang terlibat meskipun di belakangnya yang lain banyak orang...”

(http://www.tempo.co/read/news/2013/04/11/063472768/Di-Hugos-Cafe-Deki-Akrab-dengan-Anggota-Kopassus)

2. Pernyataan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda DIY Kombes Kris Erlangga saat hendak menutup penyidikan kasus hugos Kafe

“...Dari hasil investigasi, memang empat orang itu lah yang membunuh Serka Heru Santoso tidak ada yang lain lagi..."

(http://kabarcepat.com/2013/04/12/polda-diy-segera-tutup-kasus-pembunuhan-di-hugos-cafe)

Bila di bandingkan dengan rekaman CCTV yang telah beredar luas di Youtube, pernyataan kedua orang diatas tentulah sangat menyesatkan publik karena tidak ada yang sinkron. Padahal keduanya telah mengaku melihat rekaman CCTV tersebut lantas kenapa hasil rekaman CCTV tidak sesuai dengan yang di sampaikan?

Penulis berpendapat, kedua pejabat diatas berani membohongi publik dengan pernyataannya yang tidak benar karena merasa rekaman CCTV tersebut tidak akan mungkin jatuh di tangan publik. Akan tetapi kenyataannya seseorang dengan akun “Mata hari” telah mempublishnya dan disaksikan secara langsung oleh warga Jogja dan masyarakat indonesia secara luas sehingga secara tidak langsung telah mematahkan semua keterangan yang mereka lontarkan ke publik.

Sikap Polri Menanggapi Gerakkan Warga Jogja

Kencangnya pemberitaan media terhadap pergerakkan warga Jogja yang mayoritas memberikan dukungannya kepada Kopassus membuat korps baju coklat tersebut semakin waswas dan tidak dapat tidur nyenyak. Hal ini terbukti dengan masuknya Densus 88 dan BNN dari Jakarta ke wilayah Jogja dalam beberapa pekan terakhir untuk melakukan pendekatan dan mempengaruhi komitment warga jogja agar tidak mendukung Kopassus. Bunyinya Densus 88 sedang menangani teroris yang ada di Jogja akan tetapi pada kenyataannya mereka lebih fokus pada urusan masyarakat yang mendukung Kopassus sampai tidak segan – segan melakukan penyadapan dan pelacakan ponsel. Ditengarai, operasi Densus 88 ini lebih di arahkan pada pemecahan konsentrasi warga Jogja agar tidak semakin kuat dan mudah di pecah belah pada akhirnya.

Keterlibatan Densus 88 memang bisa di maklumi karena saat ini posisi Polda DIY semakin sulit dan terpojok sejak munculnya CCTV pembunuhan Serka Heru Santoso di Youtube dan mematahkan sejumlah argumennya. Ditambah lagi dengan masuknya elemen kemasyarakatan lain dari luar Jogja yang terang – terangan memberikan dukungannya kepada Kopassus terus mengalir dan melakukan tekanan.

Jadi tidak heran dengan besarnya dukungan masyarakat luas kepada Kopassus akhirnya Mabes polri menurunkan sejumlah personel Densus 88 untuk memperkuat Polda DIY. Kehadiran tim Densus 88 ini pada akhirnya telah diketahui sejumlah perwakilan ormas di Jogja sehingga membuat mereka waspada.

Kenapa ada BNN?

Ini yang juga menjadi pertanyaan penulis kenapa dalam operasi Densus 88 di Jogja melibatkan tim dari BNN yang identik dengan jaringan narkotika ?

Pertanyaan ini tentu membuat penulis mencoba untuk menganalisanya lebih jauh. Seperti yang kita ketahui bahwasannya beberapa pejabat kepolisian di Jogja sebagian besar mengenal jaringan narkotika di area Jogja bahkan diantaranya juga terindikasi memiliki hubungan “khusus” dengan salah satu sipir di LP. Wirogunan yaitu Agus Susetya yang menjadi korban penembakan orang tak dikenal di depan rumahnya.

Jadi kuat dugaan keterlibatan tim BNN di wilayah jogja tak lain untuk menangani beberapa kasus yang berhubungan dengan jaringan narkotika paska kejadian di Hugos Kafe yang menjadi salah satu pusat peredaran narkotika terbesar di Jogja selain Bosse. Apalagi belakangan diketahui tekanan untuk membuka kembali kasus Hugos Kafe semakin kuat dari warga jogja sehingga apabila dilakukan sejumlah pendalaman diyakini akan menguak sejumlah kebenaran bila di Jogja tidak sedikit oknum pejabat yang terlibat jaringan narkotika.

Link tulisan terkait :

Pembunuhan Serka Heru Santoso : Inilah Denah CCTV Hugos Café Yang Tidak Diketahui Publik

http://hankam.kompasiana.com/2013/08/29/pembunuhan-serka-heru-santoso-inilah-denah-cctv-hugos-kafe-yang-publik-tidak-ketahui-587364.html

Keterkaitan Penembakan Sipir Dengan Kelompok Premanisme Jogja

http://hankam.kompasiana.com/2013/08/10/keterkaitan-penembakan-sipir-dengan-kelompok-premanise-jogja-582676.html

Kasus LP Cebongan Tidak Terencana

http://hankam.kompasiana.com/2013/08/04/kasus-lp-cebongan-tidak-terencana-581770.html

Latar Belakang Pembunuhan Serka Heru Santoso Di Hugos Cafe

http://hankam.kompasiana.com/2013/08/03/latar-belakang-pembunuhan-serka-heru-santoso-di-hugos-kafe-581531.html

Alasan Warga Yogya Mendukung Kopassus Dilihat Dari Sisi Historis

http://hankam.kompasiana.com/2013/08/03/alasan-warga-yogya-mendukung-kopassus-di-lihat-dari-sisi-historis-581409.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun