[caption id="attachment_106770" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (BBC)"][/caption] Selesai sudah misi penyelamatan 20 ABK KM. Sinar Kudus yang disandera oleh perompak Somalia selama kurang lebih 46 hari. TNI bersama PT. Samudera melakukan berbagai upaya penyelamatan dimana kerahasiaan benar-benar dijaga agar tidak mempengaruhi proses pembebasan dan membahayakan jiwa sandera. KM Sinar Kudus dibajak di perairan Somalia saat sedang menuju ke Terusan Suez Dengan membawa muatan Fero Nikel Senilai Rp. 1,4 Triliun. Pemerintah sesaat setelah mendengar kabar pembajakan KM. Sinar Kudus langsung mengadakan rapat kabinet terbatas untuk melakukan upaya pembebasan dengan mengerahkan pasukan komando gabungan yang terdiri dari Kopassus, marinir dan TNI AU untuk melakukan pengejaran terhadap kapal yang sedang di bajak. Tapi karena jarak yang ditempuh terlalu jauh sehingga kapal yang dibajak keburu dibawa lego jangkar oleh para perompak ke daerah sekitar Punt land, Somalia.
Misi penyelamatan semakin sulit karena sasaran sudah berhasil merapat ke pelabuhan bersama puluhan kapal lain yang juga bernasib sama. Sesuai petunjuk dari presiden dua KRI milik TNI AL ditambah satu helikopter yang dikirim untuk misi penyelamatan hanya boleh melakukan pemantauan dari jarak yang aman sambil mengikuti perkembangan yang terjadi di lapangan. Tidak mudah melumpuhkan para perompak didaratan karena di khawatirkan ada sandera yang di sembunyikan, selain itu perompak juga akan mendapat tambahan logistik dari induknya shingga akan lebih menyulitkan misi pembebasan oleh TNI. Lain lagi bila kapal masih berada di perairan lepas dimana perompak jauh dari induknya dan keberadaan sandera masih didalam kapal untuk segera dilakukan tindakan intercept.
Di Punt land para perompak mengajukan uang tebusan kepada PT. Samudera selaku pemilik KM. Sinar Kudus sejumlah 2,6 juta dollar AS sebagai ganti nyawa 20 ABK yang disandera. Tidak ingin kedaulatan Negara tercoreng akibat ulah para perompak yang dinilai kriminal pemerintah memutuskan tidak ada negosiasi. Tapi apa yang menjadi kebijakan pemerintah ternyata membawa kekhawatiran tersendiri dari keluarga 20 ABK yang di sandera perompak dan berharap pemerintah tidak melakukan opsi militer di Somalia sekaligus mendesak pemerintah untuk lebih mengedepankan negosiasi.
Sebuah pilihan yang sangat dilematis karena disatu sisi kedaulatan Negara di pertaruhkan melawan perompak dan 20 nyawa ABK menjadi sebuah prioritas utama yang wajib diselamatkan sebagai pertanggung jawaban pemerintah melindungi segenap bangsanya.
Selama negosiasi berlangsung pemerintah menutup rapat segala informasi yang keluar masuk demi keselamatan para sandera sehingga menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan publik yang terus mengikuti perkembangan peristiwa pembajakan KM. Sinar Kudus melalui media cetak, elektronik dan internet. Saking sepinya informasi dari pemerintah berbagai kecamanpun timbul dari berbagai pihak dan mengaggapnya pemerintah lamban dan tidak peduli.
Tapi sekarang (3/5/2011) kita melihat sendiri dari suatu pemberitaan media bagaimana upaya pemerintah menyelamatkan KM. Sinar Kudus yang dibajak di perairan Somalia. Setelah uang tebusan didrop di atas dek KM. Sinar Kudus, para perompakpun segera mengambilnya untuk dihitung. Dan ketika TNI telah memastikan sandera sudah dalam keadaan aman maka dengan cepat TNI menggunakan speedboat jenis Sea Rider dengan dibantu sebuah helikopter Bolcow untuk melakukan pengejaran. Terjadi baku tembak yang sengit antar kedua belah pihak sampai akhirnya 4 perompak tewas tercebur dilaut. Dengan begitu berakhir sudah drama penyanderaan yang dilakukan perompak somalia terhadap KM. Sinar Kudus meski memakan waktu selama 46 hari operasi penyelamatan tersebut layak mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari berbagai kalangan dan dinilai cukup berhasil. 46 hari masih tergolong waktu yang singkat ketimbang masih banyaknya negara lain yang rata-rata sampai 150 hari masih belum dapat membebaskan kapal-kapalnya.
Menurut analisa saya apa yang dilakukan oleh TNI adalah sebuah penyelamatan yang brilliant dengan memastikan sandera selamat terlebih dahulu kemudian menggasak para perompak. Sesuai dengan doktrin militer bahwa sebaik dan sesempurna apapun perencanaan suatu operasi tapi bila sampai menimbulkan korban satu saja dipihak sendiri ataupun sandera maka operasi tersebut dianggap gagal dan dinilai belum berhasil.
Selain itu kenapa pemerintah mengupayakan uang tebusan yang diserahkan adalah bentuk cash bukan softmoney (Transfer)? Karena dengan uang cash diharapkan pembajak dapat mengambilnya sendiri uang tersebut dengan menyerahkan para sandera terlebih dahulu. Disamping itu keberadaan uang akan mudah terlacak selama masih di bawa para perompak.
Makna yang perlu kita ambil dari kasus ini adalah bahwa setiap operasi penyelamatan tidak harus selalu melakukan penyerangan frontal dan berhadap-hadapan dengan musuh melainkan bisa juga melalui pemikiran-pemikiran yang cermat untuk mengelabuhi musuh dengan memastikan keuntungan benar-benar di pihak kita terlebih dahulu.
Salute dengan para prajurit kita di lapangan sekaligus PT. Samudera yang sudah berusaha bekerja sama dengan sangat baik...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H