Belakangan ini, kata toxic relationship banyak terdengar dikalangan remaja. Toxic relationship terdiri dari 2 kata, yaitu toxic dan relationship. Toxic artinya racun dan relationship artinya keterhubungan. Jadi, toxic relationship dapat diartikan sebagai hubungan antara dua individu atau kelompok yang beracun (dapat merusak dan membunuh).
Pakar komunikasi dan psikologi, Dr. Lilian Glass, ialah yang pertama kali menciptakan istilah toxic relationship dalam bukunya yang berjudul People Toxic, pada tahun 1995. Menurutnya, toxic relationship adalah suatu hubungan dimana orang tidak saling mendukung, ada konflik yang berusaha merusak, tidak saling mendukung, ada konflik yang berusaha merusak dan kurangnya kekompakan.
Dalam toxic relationship, salah satu pihak merasakan tindakan negatif, tidak didukung, direndahkan atau diserang. Tindakan negatif dapat berupa serangan terhadap fisik, psikis atau emosionalnya yang bisa mempengaruhi kesehatan mental. Seseorang yang berada dalam toxic relationship, akan terus menerus terkuras energinya sehingga akan mengakibatkan keburukan pada kesehatan mentalnya.
Dalam islam, dapat dikatakan sebagai toxic relationship karena salah satu pihak terdzolimi sehingga hubungan yang terjalin menjadi tidak harmonis. Hal tersebut bisa saja terjadi pada hubungan suami istri, hubungan antar keluarga dan antar personal. Menurut pandangan islam, toxic relationship adalah hubungan yang tidak berlandaskan keimanan terhadap Allah SWT.
Contoh toxic relationship dalam pandangan islam adalah hubungan yang terjalin hanya karena kebutuhan dunia, kecantikan dan kegagahan, bisnis dan hubungan lainnya yang berakhir dengan keduniaan. Sehingga, seseorang yang mengalami toxic relationship ini tersiksa dengan segala perilakunya, dikontrol perilakunya, dan akan sulit untuk menjadi diri sendiri.
Hubungan toxic ini dilarang dalam islam. Seseorang yang merasakan atau mengalami hubungan yang toxic ini harus segera menyelesaikan hubungannya. Semakin lama ia berada dalam hubungan yang beracun, semakin terpangaruh fisik, psikis dan mentalnya.
Kesimpulannya, toxic relationship adalah hubungan yang tidak lagi sehat, hubungan itu tidak menghubungkan dan menghadirkan kenyamanan bagi yang melakukannya, sehingga memunculkan adanya emosi negative yang mengntrol setiap tindakan. Toxic relationship memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatan yang mengalaminya, disebabkan adanya tekanan dan rasa tidak bahagia dalam menjalani kehidupan yang sehat, produktif dan bahagia.
Toxic relationship berdampak banyak, meliputi psikis, fisik, social bahkan finansial.Dampak secara psikis, dapat berupa distorsi kognitif, sulit berkonsentrasi, cemas, depresi, motivasi beraktivitas yang produktif yang berkurang. Dampak pada fisik dapat berupa luka ringan hingga berat, bahkan kematian. Dapat berupa individu tersebut menyakiti dirinya, atau dilakukan kekerasan oleh pelaku. Dampak pada kehidupan sosial, dapat diakibatkan dari hubungan toxic yang cenderung posessif. Sehingga menimbulkan batasan pada pergaulan atau juga dapat menimbulkan dependensi atau ketergantungan pada sosok atau kelompok tertentu. Individu tersebut pun pergerakannya menjadi terbatas dan kesempatannya untuk berkembang pada lingkungan yang beragam menjadi terhambat. Dampak secara finansial, karena tidak adanya kekuatan untuk mengontrol peran dalam relasi yang dijalani, seseorang akan mengikuti apapun yang menjadi kehendak dari pasangan atau temannya, termasuk mengeluarkan materi untuk sesuatu yang tidak esensial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H