Mohon tunggu...
Hani Tz
Hani Tz Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

simpel girl

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kepemimpinan Efektif dalam Meng-Empowerment SDM di Perguruan Tinggi

26 April 2016   08:52 Diperbarui: 26 April 2016   09:20 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan merupakan pola keterampilan, bakat, dan gagasan yang selalu berkembang, bertumbuh, dan berubah. (Hartiti, 2013) Pemimpin masa depan adalah pemimpin yang terus belajar, memaksimalkan energi dan menguasai perasaan yang terdalam, kesederhanaan, dan multifokus sehingga menciptakan kepemimpinan efektif.

    Kepemimpinan efektif saat ini sangat diperlukan bagi semua organisasi. Pemimpin tidak hanya bisa mempengaruhi bawahannya sendiri namun juga dapat memberi motivasi untuk bawahannya bekerja dengan seluruh kemampuan dan potensi yang mereka punya untuk mencapai tujuan suatu organisasi/kelompok, sehingga tercipta suasana dan budaya kerja yang positif. Rahasia dalam kepemimpinan efektif adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya saja, bukan juga dari kecerdasannya, namun dari kekuatan dalam dirinya/personality.

   Kecerdasanan seorang pemimpin salah satunya dapat dilihat dari cara mengelola SDM. Pengelolaan SDM dapat dilakukan dengan cara memberdayakan SDM itu sendiri. SDM merupakan tenaga atau power dari satu organisasi yang apabila dikelola dengan baik akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan di perguruan tinggi.

    Pemimpin di perguruan tinggi harus mampu mengelola SDM dengan efektif. Salah satunya yaitu dengan cara memberdayakan SDM untuk dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas perguruan tinggi tersebut. Kenyataanya di beberapa perguruan tinggi, para pemimpin masih kewalahan dalam menghadapi SDM yang susah untuk berkembang dan dikembangkan.

     Fenomena yang terjadi pada salah satu institusi pendidikan tinggi swasta yaitu adanya sebagian besar SDM yang sistem bekerjanya masih menunggu perintah dari pimpinan dan memiliki inisiatif bekerja yang rendah. Hanya sebagian kecil SDM yang mau melakukan kegiatan pekerjaannya karena inisiatifnya sendiri. Dampak dari kurangnya inisitif SDM adalah rendahnya motivasi untuk berkembang atau dikembangkan. Wawancara yang dilakukan dengan seorang pemimpin perguruan tinggi didapatkan hasil bahwa SDM di institusi tersebut belum mampu untuk diajak berkembang dalam mencapai visi, misi maupun tujuan institusi. Para SDM tersebut memberikan alasan sudah nyaman dengan cara mereka bekerja sekarang dan malas jika harus mengubahnya. Hal ini memberikan dampak negatif pada kualitas output (mahasiswa). Mahasiswa memiliki ketrampilan yang rendah karena SDM yang mengajarnya tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.

    Solusi dari permasalahan diatas yaitu kepemimpinan efektif. Kepemimpinan yang yang mampu mengambil keputusan yang tepat dimana effective leader menciptakan visi masa depan, memperjelas reward atas kontribusi terhadap masa depan, model perilaku yang tepat dan memberi inspirasi tenaga kerja melalui keterampilan komunikasi. Dalam kepemimpinan efektif, manajer terampil menciptakan win-winsituation untuk individu dan organisasi. Pemimpin yang efektif melihat pandangan orang lain dan mampu memberdayakan SDMnya.

     Sosok pemimpin yang dapat mengempowerment SDM adalah pemimpin yang transformasional. Kepemimpinan transformasional yaitu kepemimpinan yang mampu berkomunikasi dengan bawahan, mampu melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan dan mampu memberdayakan bawahan sesuai dengan kemampuan dan bidangnya. (Madya, 2010.

      Peran kepemimpinan transformasional dalam memberdayakan SDM yang pertama adalah karismatik. Pemimpin yang kharismatik dijadikan suri tauladan, idola, dan model panutan oleh bawahannya. Oleh sebab itu, pemimpin yang mempunyai karisma lebih besar dapat lebih mudah mempengaruhi dan mengarahkan bawahan agar bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemimpin. Kedua, pengaruh idealis dimana pemimpin berfungsi sebagai role model bagi pengikut. Mereka percaya pada filosofi bahwa seorang pemimpin dapat mempengaruhi pengikutnya hanya ketika pemimpin mempraktekan apa yang dia katakan. Hal ini disebabkan perilaku yang mengutamakan kebutuhan bawahan, membagi resiko dengan bawahan secara konsisten, dan menghindari penggunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Ketiga, motivasi inspirasi dimana perilaku pemimpin yang inspirational menurut Yulk, (2002) dapat merangsang antusiasme bawahan terhadap tugas-tugas kelompok dan dapat mengatakan hal-hal yang dapat menumbuhkan kepercayaan bawahan terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan kelompok (Hartiti, 2013). Pengaruhnya diharapkan dapat meningkatkan semangat kelompok, antusiasisme dan optimisme dikorbankan sehingga harapan-harapan itu menjadi penting dan bernilai bagi mereka dan perlu di realisasikan melalui komitmen yang tinggi. Keempat, Stimulasi intelektual dimana pemimpin mendorong pengikutnya untuk mengeksplorasi cara-cara baru melakukan sesuatu dan kesempatan baru untuk belajar (Kendra, 2013). Pemimpin seperti mendorong pengikut mereka untuk menjadi inovatif dan kreatif. Mereka mendorong ide-ide baru dari para pengikut mereka dan tidak pernah mengkritik mereka secara terbuka untuk kesalahan yang dilakukan oleh mereka. Kelima, konsiderasi individu, perhatian secara individual tersebut dapat sebagai identifikasi awal terhadap para bawahan terutama bawahan yang mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin. Pemimpin bertindak sebagai mentor bagi pengikut mereka dan menghargai pengikutnya atas kreativitas dan inovasinya. Para pengikut diperlakukan berbeda sesuai dengan bakat dan pengetahuan mereka. Mereka diberdayakan untuk membuat keputusan dan selalu memberikan dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan tersebut (Managementstudyguide, 2013).

    Langkah yang dapat ditempuh oleh seorang pimpinan dengan cara menerapkan 10 prinsip pemberdayaan diantaranya jelaskan pada bawahan tentang tanggung jawab mereka, beri mereka otoritas yang seimbang dengan tanggung jawabnya, tentukan standar-standar excelence,beri mereka latihan untuk mencapai standar, beri mereka pengetahuan dan informasi, beri mereka umpan balik atas kinerjanya, hargai usaha mereka, pelihara mereka, beri mereka maaf atas kegagalan-kegagalan ringan, batasi/pelihara mereka dengan aturan-aturan.

       Langkah selanjutnya yaitu kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok. Dengan langkah ini bawahan memiliki insiatif sendiri untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Bawahan seperti ini biasanya memiliki visi dan misi sesuai dengan pimpinan yaitu mengembangkan institusi pendidikan.

      Langkah terakhir yaitu kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain. Langkah ini biasanya diterapkan pada bawahan yang tidak insiatif, jadi hanya menunggu perintah dari pimpinan. Disinilah peran pimpinan untuk mengarahkan bawahan sehingga diharapkan nantinya bawahan tersebut dapat memiliki inisiatif sendiri dalam melakukan tindakan dan secara tidak langsung dapat bersama-sama mencapai tujuan institusi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun