Kanal Bola Kompasiana sekarang lagi hangat membicarakan sosok La Nyalla..sosok yang sebagian kompasiana sering menjulukinya sebagai 'mafia' atau 'preman'..tepat atau tidaknya julukan tersebut, tergantung kepada penilaian subjektif masing-masing. Walaupun tindak-tanduknya memang seperti 'grasa-grusu'..tanpa perhitungan dan seperti menyalahi aturan..,penulis pribadi menilai itu adalah bagian dari permainan politik dalam kehidupan berorganisasi yang sarat akan muatan kepentingan pribadi maupun golongan. Dan membicarakan kata 'preman' ini identik dengan kata 'berandalan'.
Nah..berbicara sosok La Nyala dan kaitannya dengan kata 'berandalan' mengingatkan penulis kepada suatu tokoh Raja Jawa masa lampau yaitu Ken Arok. Seorang pemuda berandalan yang akhirnya menjadi seorang Raja.
Alkisah..
Pemuda berandal tidak bernama yang berpenampilan gagah, berani, dan malang melintang dengan segala ulah perangai dan tingkah laku perbuatan buruk dan jahat. Kemudian terkenal dimana-mana dan sampai ke Kerajaan Kediri. Ia, karena sifat perangainya, kemudian terkenal dengan sebutan Arok atau Angrok.
Kata "Angrok" atau "Arok" menurut kamus Jawa kuno berarti "mengguncang". Maka "Ken Arok" atau "ken Angrok" tak lain ialah "Sang Pengguncang".
Ken Arok. Ia anak Ken Endok, janda petani desa di tepi Brantas di kawasan Tumapel, di utara kota Malang sekarang. Karena kemiskinan, tapi sangat mungkin juga karena lahir tak berbapa, sejak selagi masih bayi ia dibuang ibunya. Dengan harapan agar bayi itu ditemui seseorang dan akan di asuh serta dibesarkannya. Harapan itu memang terjadi. Ia ditemu seorang pencuri bernama Lembong. Sehingga "bocah tiban" ini pun tumbuh dan menjadi besar sebagai pencuri dan penyamun. Tapi, sekalipun pencuri, bocah ini memang cerdik dan panjang akal.
Tumapel ketika itu dibawah kekuasaan seorang Adipati Tunggul Ametung, yang tunduk dibawah kekuasaan Raja Kertajaya di Kediri (1191 - 1222). Dan setelah bertemu dengan Lohgawe dan atas bantuannya, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung.
Ken Arok kemudian tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung yang cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalau Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal ini semakin membuat Ken Arok berhasrat untuk merebut Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe.
Ken Arok membutuhkan sebilah keris ampuh untuk membunuh tunggul Ametung yang terkenal sakti, dan akhirnya ia bertemu Mpu Gandring, seorang ahli pembuat pusaka ampuh.
Mpu Gandring sanggup membuatkan sebilah keris ampuh dalam waktu setahun. Ken Arok tidak sabar, lima bulan kemudian ia datang mengambil pesanan keris yang belum sempurna itu direbut dan ditusukkannya ke dada Mpu Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh 7 orang, termasuk Ken Arok sendiri.
Akhirnya, dengan tipu daya dan muslihatnya Ken Arok berhasil membunuh Tunggul Ametung dengan memanfaatkan kepolosan dari sahabatnya Kebo Ijo. Dan selanjutnya Ken Arok menjadi adipati Tumapel sekaligus memperistri Ken Dedes. Setelah menjadi Penguasa Tumapel, Ken Arok menyatakan memisahkan diri dari Kerajaan Kediri. Sehingga terjadilah pertempuran, dan kerajaan Kediripun kalah, dengan terbunuhnya raja Kediri, Kertajaya.