Mohon tunggu...
Hanin Hanifah
Hanin Hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Konsep Diri Positif dan Negatif dalam Jiwa Siswa SMA

18 Desember 2024   23:21 Diperbarui: 18 Desember 2024   23:21 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Observasi terhadap siswa SMA Triguna Utama Syarif Hidayatullah. Sumber: Dokumentasi Pribadi 

Konsep diri positif dan negatif menggambarkan cara seseorang memahami dan mengevaluasi dirinya, yang berperan penting dalam membentuk sikap, perilaku, serta hubungan sosialnya. Oleh karena itu, memahami kedua dimensi ini secara mendalam menjadi langkah esensial untuk menganalisis proses pembentukan konsep diri serta pengaruhnya terhadap kehidupan individu. Artikel ini mengulas jawaban atas sejumlah pertanyaan terkait konsep diri positif dan negatif berdasarkan wawancara kepada Raudhotul Jannah, seorang siswa kelas 12 SMA Triguna Utama Syarif Hidayatullah, yang menjadi narasumber dalam kajian ini.

Berdasarkan pandangan Hurlock, konsep diri didefinisikan sebagai gambaran individu tentang dirinya sendiri, yang mencakup keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, aspiratif, serta pencapaian yang diraih. Konsep diri ini juga berkaitan erat dengan bagaimana seseorang memandang dirinya melalui persepsi orang lain. Dalam artikel ini, akan dipaparkan lima pertanyan mengenai konsep diri positif dan lima pertanyaan tentang konsep diri negatif, beserta tanggapan yang diberikan oleh narasumber sebagai respons atas masing-masing pertanyaan tersebut dalam bentuk narasi.

Konsep diri yang positif berfungsi sebagai fondasi bagi individu untuk merasa percaya diri dan memiliki penghargaan terhadap dirinya sendiri. Berdasarkan pengalaman narasumber, keberhasilan yang diraih memberikan dorongan kepercayaan diri, sementara kegagalan dipandang sebagai sarana pembelajaran yang berharga untuk pengembangan diri. Interaksi dengan orang-orang terdekat, seperti keluarga dan teman, juga menjadi faktor penting dalam membangun konsep diri positif. "Dukungan emosional, apresiasi, dan penerimaan dari lingkungan sekitar membuat saya merasa lebih dihargai," ujar narasumber. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan interpersonal yang sehat dapat memperkuat rasa percaya diri seseorang.

Untuk mempertahankan pandangan positif terhadap diri sendiri, terutama ketika menghadapi kritik atau tantangan, narasumber menekankan pentingnya strategi seperti refleksi diri, afirmasi positif, pengelolaan stres melalui meditasi, olahraga, dan pengembangan keterampilan pribadi. Strategi-strategi ini membantu menjaga keseimbangan emosional dan mencegah dampak negatif dari tekanan eksternal. Dalam menyelesaikan konflik, pengendalian emosi menjadi kunci utama. Narasumber mengungkapkan bahwa ia cenderung mengambil waktu untuk merenung, mendengarkan perspektif orang lain, dan mencari solusi secara bersama-sama. Ia juga tidak ragu mengakui kesalahan sebagai bagian dari penyelesaian konflik yang konstruktif.

Ketika berbicara mengenai penerimaan diri, narasumber mengaku telah mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan memahami dan menerima kelebihan serta kekurangannya. "Saya mudah bergaul dengan orang baru, meskipun terkadang sulit memahami materi secara cepat. Namun, saya menyadari bahwa setiap orang memiliki keunikan masing-masing," jelasnya.

Sebaliknya, konsep diri negatif sering kali muncul akibat faktor eksternal seperti kritik yang berlebihan, kegagalan berulang, perbandingan sosial, dan kurangnya dukungan emosional. Narasumber mengakui bahwa pengalaman menerima kritik atau perlakuan negatif dapat memengaruhi rasa percaya diri dan citra dirinya. Ketika menghadapi kegagalan atau tantangan berat, narasumber sering merasa putus asa atau meragukan kemampuannya. Namun, ia menekankan pentingnya memahami bahwa kegagalan merupakan bagian dari proses belajar. "Meskipun kegagalan di masa lalu sempat membuat saya ragu, saya selalu mencoba untuk bangkit dengan mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut," ujarnya. Tekanan untuk memenuhi ekspektasi orang lain, seperti orang tua, juga menjadi faktor yang dapat melemahkan konsep diri. "Saya pernah merasa tidak mampu memenuhi harapan mereka, yang membuat saya mempertanyakan nilai diri saya. Namun, saya belajar untuk menerima bahwa tidak semua harapan dapat saya penuhi, dan fokus pada pengembangan diri menjadi prioritas utama," tambahnya.

Konsep diri, baik positif maupun negatif, berperan penting dalam membentuk karakter dan cara individu menghadapi tantangan hidup. Dengan menerima keterbatasan, belajar dari pengalaman, serta memperoleh dukungan dari lingkungan sosial, seseorang dapat membangun konsep diri yang lebih sehat dan seimbang.

Pada akhirnya, seperti yang diungkapkan narasumber, "Menyenangkan semua orang bukanlah tugas yang realistis. Yang terpenting adalah terus berkembang dan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri." Pandangan ini menggarisbawahi pentingnya pengembangan diri dan penerimaan sebagai langkah mendasar untuk mencapai kesejahteraan psikologis yang optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun