Mohon tunggu...
Hanindya Wardhani
Hanindya Wardhani Mohon Tunggu... -

terserah anda

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Strategi Penjualan Tukang Martabak

16 Agustus 2014   17:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:23 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tukang penjual martabak. martabak sekarang mudah sekali dicari,,di satu ruas jalan kita dapat dengan mudahnya menemukan ciri-ciri tukang martabak,dengan tatanan khasnya telur-telur bebek yang disusun sedemikian rupa agar tidak jatuh.tapi tidak semua penjualan martabak itu melayani pembeli setiap saat.

saya yang lahir,dan besar sampai saat ini di kota kecil Yogyakarta memiliki tukang martabak favorit,yaitu di sebelah rumah sakit betesda.martabaknya besar, dagingnya terasa, dan atraksi keseriusan si penjual martabak saat mengocok telur, daun bawang,daging,brambang menjadi hiburan tersendiri untuk saya. sampai saya besar seperti ini si bapak martabak masih berjualan dengan anak buahnya yang selalu berganti-ganti. tapi ada satu pertanyaan yang saya fikirkan dari kecil,kenapa si bapak tidak pernah tersenyum saat melayani pembeli.

sampai suatu malam sekitar 5 bulan lalu saya ingin martabak,dan ternyata si martabak itu tersebut tutup. keinginan untuk makan martabak pun saya urungkan, hingga perjalanan pulang ke rumah, di sekitar gejayan, ternyata saya tetap ingin makan martabak.kebetulan pas sekali ada yang jual martabak,saat itu saya mikir 'gapapa deh,,enak engga enak,yang penting saya makan martabak' . pas lihat harganya saya berfikir ' kok murah, mesti rasanya sesuai dengan harganya' . dari awal saya pesan martabak,mas-mas yang berjualan itu cukup ramah dan cukup eye catching dengan bersepatu converse, saat itu dia ditemani istrinya dan ada anak kecil yang sedang menggambar di dekat kompor ( duh dek,atiati panas ) saya berfikir,mereka pasti pasangan muda yang baru menikah yang saling bahu membahu untuk perekonomian mereka. saat itu masih cukup sepi yang beli disitu, hanya saya saja. saat pesanan saya jadi si mas mas penjualnya dengan ramah tanya 'dari mana mbak malem-malem' saat itu saya cuma jawab sekenanya ' dari ngaji dirumah temen' karena saya pikir ini mas mas sok akrab banget sih. dan ternyata sampai rumah saat saya mencoba si martabak,rasanya enak..diluar ekspektasi saya dengan harga sekian.

setelah sekian lama,saya kesana lagi tadi malam,dengan pesanan yang sama. dan si pasangan penjual tersebut masih ramah, malah ada pembeli yang sampai salam-salaman 'maaf lahir batin' saking akrabnya sama si penjual. dan karena saat itu yang beli banyak,saya cukup lama memperhatikan si penjual sampai akhirnya saya tergiur untuk mencona martabak manis juga karena saya lihat si penjualnya tidak pelit saat memarut keju. saat membayar, si mas penjualnya ternyata masih ingat saya dan bertanya ' pulang ngaji lagi ya mbak' saya sih sebagai pembeli merasa agak tersanjung,wow, mas penjualnya masih ingat.padahal itu kan udah berapa lama saya terakhir beli martbak disitu.pantes aja sekarang mereka langganan banyak,antri, selama saya disana mereka non stop mengolah martabak, ntah itu yang manis atau pun yang telor.

dalam waktu beberapa bulan mereka telah sukses memberikan sesuatu yang berbeda yang menjadi daya tarik para konsumen dibandingkan dengan tukang penjual martabak di sekitar mereka,sepertinya mereka menerapkan strategi penjualan yang sekarang umum ada di internet atau pun di buku:

pertama, menjalin hubungan baik dengan konsumen, mereka selalu ramah ke setiap pembeli,menyapa,care, memberikan smile voice dan smile face ( tidak hanya berlaku di bank, di tukang martabak pun bisa melakukan kalo niat )

kedua, tempat yang strategis, mereka berjualan diantara toko bakso yang cukup terkenal, dan toko bakmi jawa yang cukup enak di yogyakarta,jadi biasanya si pembeli menunggu martabak untuk oleh oleh orang dirumah mereka sambil makan bakso.

ketiga, mereka berani memberikan kualitas yang baik, walaupun keuntungan tiap martabak sedikit,tetapi kuantitas yang mereka jual jumlahnya banyak,maka keuntungan mereka akan bersifat continue terus menerus.

keempat. pelayanan cepat. saya sendiri sebagai pembeli tidak merasakan gusar, walaupun pesanan saya lama jadinya,tapi karena saat melihat mereka yang kerjanya cepat untuk memenuhi pesanan pelanggan yang lain, saya jadi berfikir,berarti yang suka martabak bikinan mereka banyak,jadi saya tidak sia-sia menunggu pesanan saya jadi.

sepertinya saya akan menjadi langganan tetap si tukang martabak yang baru ini dan meninggalkan langganan saya sejak kecil itu. bukannya hidup itu selalu berubah ya.

kadang untuk menerapkan strategi strategi penjualan tersebut seseorang tidak harus sekolah tinggi-tinggi. cukup niat, lakukan dan lihat hasilnya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun