It was a never ending arguments, mulai dari bahasa yang sama (surya, cinta/chinta, putra-putri, dll) sampai suatu saat dia mampir ke restoran Indonesia dan mencicipi masakan Padang yang mirip Indian curry. Sudah bisa kutebak komentarnya yang bikin aku kesal setengah mati: kata-kata “Copycat!” sambil senyum-senyum penuh kemenangan diatas kekesalanku yang memuncak. Ggrrhhh! Hingga suatu saat, aku baca artikel di kompas.com , bagian Petualang
Quote.
“Di India, saya meraba Indonesia. Vishnu, Shiva, Brahma, Hanuman, Ganesh, Lakshmi, Bhim, Arjun, burung garud, Mahabharata, Rama, Shinta, Bhagavad Gita, Ayurveda, Ashok, Lilavati, semuanya hidup di alam bawah sadar saya. Walaupun tak pernah khusus belajar bahasa Hindi, saya tahu artinya achar, putra, raja, bhasa, uttar, chandra, dan agni. Nama Jawa, Sumatra, Bali, Jakarta, Mahameru, Borobudur, dan berbagai tempat di Nusantara, semua berasal dari bahasa Sansekerta, bahasa kuno yang masih mengilhami peradaban kita.
Indonesia dan India, dua negeri yang terpisah oleh samudera luas, sebenarnya masih tersambung oleh jalinan tak kasat mata. Jalinan itu adalah budaya dan sejarah. Sudah ribuan tahun Nusantara menyerap saripatai negeri Bharat. Semua agama besar di Indonesia berasal dari India – Budha, Hindu, dan bahkan Islam yang datang melalui Gujarat. Bahkan kata ‘India’ pun masih melekat dalam nama ‘Indonesia’. “
Endquote.
[sigh] I’m defeated!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H