Tunggu saja Ika, kemarin kau meninggalkanku di sini. Kau berkata, “Aku Shalat seperti katamu dan kita harus putus sekarang!”
Aku masih tak percaya dengan alasan kamu meminta hubungan kita berakhir seperti ini, ragu jika keimananlah yang membuatmu berpikir untuk melayangkan kata seperti itu.
“Hei, ya Kamu yang di sana!”. Kemarin tingkahku mungkin adalah kesalahan hari ini, menggenggam tanganmu bahkan memelukmu adalah wujud perhatian yang kamu ingini. Sekarang, keimanan barumu telah melabelinya sebagai kesalahan.
Tidak habis pikir, sekuat tenaga menjaga hubungan yang cukup lama. Sesakali menorehkan kecewaan, akhirnya berakhir dalam keimanan yang kau dapati.
“Hei, ya Kamu yang di sana!”, teriakku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H