sekolah, komunikasi interpersonal tidak hanya menjadi fondasi bagi hubungan antara guru dan peserta didik, tetapi juga mempengaruhi dinamika sosial di antara sesama peserta didik. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan fenomena yang memprihatinkan di mana masalah komunikasi interpersonal semakin meluas di kalangan peserta didik, hingga memengaruhi kualitas pengalaman belajar mereka.
Komunikasi interpersonal adalah jantung dari interaksi manusia. Di dalam lingkunganGuru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah menjadi saksi langsung atas tantangan ini. Data yang dikumpulkan dari berbagai asesmen menunjukkan bahwa konflik pertemanan adalah salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh peserta didik dalam hal komunikasi interpersonal. Ketika konflik tidak teratasi dengan baik, hal ini dapat menyebabkan gangguan dalam proses belajar-mengajar, bahkan memengaruhi prestasi akademis mereka secara keseluruhan.
Dalam menjawab panggilan ini, peran guru BK menjadi semakin penting. Namun, tantangan sebenarnya terletak pada kurangnya pemahaman yang dimiliki oleh sebagian besar peserta didik tentang cara mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih holistik dan terpadu dalam menangani masalah ini.
Salah satu pendekatan yang dapat diadopsi adalah melalui penerapan metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam layanan bimbingan klasikal. Dengan memfokuskan pada pemecahan masalah yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal, peserta didik tidak hanya diajak untuk belajar secara aktif, tetapi juga untuk belajar dari setiap tindakan dan keputusan yang mereka ambil dalam interaksi sehari-hari. Melalui proses ini, peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika komunikasi interpersonal.
Namun, upaya ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari orang tua. Kolaborasi yang erat antara guru BK, orang tua, dan peserta didik menjadi kunci dalam mengoptimalkan pengembangan keterampilan komunikasi interpersonal. Melalui pertemuan, diskusi, dan pelatihan bersama, orang tua dapat menjadi mitra yang berharga dalam mendukung pembelajaran dan pertumbuhan sosial-emosional anak-anak mereka di luar lingkungan sekolah.
Dengan melibatkan semua pihak yang terlibat - mulai dari guru, peserta didik, hingga orang tua - kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung, di mana setiap individu merasa didengar, dihargai, dan diterima. Melalui transformasi ini, kita tidak hanya membantu peserta didik mengatasi masalah komunikasi interpersonal, tetapi juga membantu mereka membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan yang lebih baik, di mana keterampilan komunikasi interpersonal menjadi salah satu aset kunci dalam kesuksesan personal dan profesional mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H