Berbicara tentang orang tua, khususnya bapak. Ada rasa kebanggaan dan kekaguman tersendiri bila menceritakan sosok bapak. Bapak adalah sosok pahlawan bagi saya, kebetulan namanya pun sama seperti nama pahlawan pejuang kemerdekaan Indonesia, pahlawan Muslim yang Dijuluki "The Grand Old Man", salah satu intelektual Islam sekaligus pejuang kemerdekaan, KH. Agus Salim. Ya, nama bapak saya adalah Agus Salim, lelaki asli Bekasi yang amat saya sayangi di dunia ini.
Bapak saya ini orang yang humoris, suka olah raga, ekstrovert, royal, dan tentu saja tampan (hehe..), Saat muda, bapak juga terkenal bersumbu pendek alias gampang tersulut emosi, kalau bicara ceplas-ceplos khas orang Betawi pada umumnya. Cocok sekali mendapatkan mama yang sabarnya seluas samudera, hehe..
Saat kecil, yang saya ingat dari bapak adalah selalu membelikan kami barang-barang  bermerk, mulai dari sepatu, baju, tas, bahkan sampai alat tulis seperti buku dan pensil warna.Â
"Tidak mengapa mahal, yang penting awet..". Kata bapak saat mama saya ngomel-ngomel karena boros katanya, hehe.Â
Bapak juga yang selalu membela saya ketika di marahi mama. Jurus maut saat saya dimarahi mama adalah masuk kamar sambil menangis kencang dan berharap bapak mendengar, dan membela saya. Dan benar saja, ketika mendengar saya menangis, bapak masuk kamar dan langsung menggendong  saya dan menghampiri mama,
"Di apain sih anak gua, Ma. Sampai nangis gini..". Kata bapak marah saat itu pada mama saya, saat itu saya berpikir bapak benar-benar marah pada mama karena saya dimarahi, ternyata itu hanya pura-pura demi menghibur saya.
Bapak juga ekstrovert, pergaulannya luas, kawannya ada di mana-mana. Sampai sekarang, setiap kali dibonceng oleh bapak, banyak sekali bapak menyapa atau disapa oleh orang lain, terbukti saya pernikahan saya, tamu bapak lebih banyak dari saya dan suami.Â
Saat saya kecil, bapak bekerja pada salah satu perusahaan milik Abu Rizal Bakrie. Dan saat pemilu, saya masih ingat dulu saat masih rezim orde baru, dan partai masih tiga warna. Merah, kuning, dan hijau. Kita semua pasti tahu pada saat itu, perusahaan tempat bapak bekerja berada di partai mana. Saat itu bapak dengan keidealisannya bersebrangan dengan  'peraturan' perusahaan yang mewajibkan karyawannya memilih partai tersebut.Â
Saat-saat kampanye, bapak selalu ikut walaupun dengan menyamarkan wajahnya, entah menutup wajahnya seperti ninja, atau mewarnai wajah dengan cat hijau sambil mengibarkan bendera berukuran besar di motornya. Saat itu saya menyebut bapak si tampan dan pemberani, hehehe
Diceritakan mama, dulu bapak saya itu pemberani dan gampang tersulut emosi alias sumbu pendek. Bapak saya ini hobi olah raga. Dulu bapak pemain bola antar kampung. Sejak mereka muda dulu, menurut mama saya, setiap pertandingan tidak pernah mama mendengar bapak tidak berkelahi dengan lawan. Setiap bertanding ada saja keributan, makanya setiap bapak bertanding mama selalu ikut. Karena mama adalah pawangnya bapak, hehe...