Memberikan apresiasi berupa reward atau penghargaan kepada siswa adalah salah satu hal yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa. Reward juga dapat memotivasi siswa untuk terus berusaha lebih baik dan lebih berprestasi. Reward yang diberikan pun dapat berupa pujian, hadiah, piagam, atau bentuk lainnya sesuai dengan prestasi yang diraih siswa.
Reward berasal dari kata bahasa inggris yang artinya penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah reward merupakan sebuah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan dari orang lain. "Penghargaan adalah ganjaran sebagai isyarat, atau kata-kata, perbuatan, atau barang-barang yang diberikan kepada anak didik setelah mereka berhasil melakukan kegiatan positif dan istimewa". Soedomo Hadi (2005: 89)
Sebagai guru, pemberian reward tentu sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Pun dengan saya, saya selalu berusaha memberikan apresiasi kepada siswa saya, baik dalam hal pelajaran ataupun kegiatan positif lainnya. Salah satunya adalah ketika mereka menjalankan tugasnya sebagai petugas upacara bendera. Tidak dapat dipungkiri, tidak semua siswa dapat menunjukan kepercayaan dirinya ketika ditunjuk sebagai petugas upacara. Ada yang merasa tidak percaya diri karena merasa tidak bisa, ada yang malu, dan ada yang malas-malasan saat latihannya. Dimomen inilah saya akan memberikan reward kepada mereka. Ketika kelas diberikan tugas menjadi petugas upacara bendera, tentu semua siswa terlibat. Mereka punya andil dalam keberhasilan dan kesuksesan upacara bendera pada hari itu.
Bentuk reward yang saya berikan saat itu adalah makanan. Ada beberapa alasan saya memberikan makanan kepada mereka. Hal ini terkait salah satu curhatan siswa saya.
"Ibu.. Aku sedih deh, tadi Sisil bawa pizza, semua anak-anak perempuan dikasih, aku dan Tasya  nggak dibagi". Curhat Elsa saat jam istirahat selesai.Â
 "Mungkin Sisil bawa pizza nya sedikit, dan dia sedang lapar jadi kamu dan Tasya nggak kebagian". Ujar saya menenangkan Elsa. "Nanti kapan-kapan ibu bawa pizza ya buat kalian". Kata saya menghibur.
Agar tidak terkesan pilih kasih, akhirnya ketika kelas kami diumumkan bahwa senin depan menjadi petugas upacara bendera, saya turut memberikan pengumuman akan membawakan mereka pizza kalau mereka bersemangat latihan dan memberikan hasil yang terbaik pada upacara besok.
Tentu saja kelas menjadi riuh. Mereka kegirangan. Dan saya selipkan kata-kata "Tapi ini rahasia kelas kita saja, ya". Kata saya pelan. Mengingat ada satu guru senior yang pernah komplain pada saya perihal pemberian reward yang saya berikan pada pembagian rapor semester lalu. "Bu, jangan mau namanya baik sendiri dong. Kalau baik, baik semuanya..". Saat pembagian rapor semester lalu saya memang memberikan reward pada siswa saya berupa pencil case dan alat tulis kepada semua siswa saya. Hal tersebutpun sudah saya bicarakan dengan beberapa guru lain, perihal boleh tidaknya pemberian reward saat pembagian rapor. Dan umumnya mereka membebaskan saya, apalagi pemberian reward ini menggunakan uang pribadi saya sendiri. "Jangan dipikirin ucapan Ibu Rum, ia memang tidak suka dikalahkan dalam hal apapun". Hibur guru lain saat itu. Padahal saat itu saya tidak berniat mengalahkan siapapun. pure niat saya adalah berbagi dengan siswa-siswa saya.Â
Jadilah hari senin itu saya menunaikan janji saya untuk membawakan mereka pizza. Kebetulan hari senin jam kosong saya lumayan lama. Saya masuk kelas saya pada jam terakhir. Guru yang jam nya kosong biasanya akan menggantikan guru yang berhalangan hadir atau ijin keluar. Kalaupun tidak ada, ia bertugas piket dimeja piket yang berada dipinggir lapangan sambil mengawasi siswa-siswa (diluar tugas security dan penjaga sekolah)
Saat itu saya memesan pizza ukuran kecil. Karena siswa berjumlah 22 saya memesan enam loyang pizza, sebenarnya harganya lumayan juga lah untuk ukuran guru yang bergaji pas-pasan. Tapi demi memberikan apresiasi kepada siswa saya apalagi saat itu saya berinisiatif mengganti formasi petugas pengibar bendera dengan menyelipkan dua orang siswa laki-laki. Ini hal baru, karena yang sudah-sudah petugas pengibar bendera di sekolah kami adalah perempuan. Tentu saja perubahan formasi ini membutuhkan effort yang luar biasa, untuk itulah akhirnya saya berpikir reward yang saya berikan akan sepadan dengan usaha mereka.